Kamis 15 Aug 2024 20:02 WIB

Akhir Tragis Pelaku Pembakaran Masjid Al-Aqsa dan 8 Fakta Seputar Aksi Jahatnya

Pembakaran Masjid Al-Aqsa dilakukan WNA Australia

Ketiga, perencanaan aksi

Rohan pindah dari Sydney, Australia, ke Yerusalem empat bulan sebelum ia membakar Masjid Al-Aqsa, dan menyewa sebuah kamar di Hotel Rivoli di Jalan Salahuddin al-Ayyubi, di seberang Bab al-Sahira di Yerusalem.

Ia mulai belajar bahasa Ibrani saat menjadi relawan di Kibbutz Mishmar Hasharon di barat laut negara itu.

Seorang penjaga di Masjid Al-Aqsa mengatakan bahwa ia melihat Rohan sering berkeliaran di sekitar masjid, berbicara dengan para pemandu wisata di tempat itu, serta berteman dengan mereka yang hadir, dan mengaku tertarik untuk memotret masjid.

Saksi lain melaporkan bahwa Rohan berada di Masjid Al-Aqsa untuk waktu yang lama, sehingga memaksa pihak keamanan untuk memintanya pergi, dan seorang karyawan Awqaf menyatakan bahwa pada suatu kesempatan dia melihat Rohan duduk atau berbaring di dalam aula Sholat Qibli, sebuah perilaku yang bertentangan dengan instruksi yang ditujukan kepada para turis yang berada di dalam Masjid Al-Aqsa.

Keempat, upaya yang gagal

Pada 11 Agustus 1969, Rohan mencoba membakar aula Sholat Qibli melalui salah satu pintu masuknya di sisi tenggara, dekat Mihrab Zakaria.

BACA JUGA: 11 Kondisi Sebenarnya Perekonomian Israel Akibat Perangi Gaza yang Ditutup-tutupi

Malam itu, Rohan memanjat sebuah pohon di dalam Masjid Al-Aqsa untuk menghindari terlihat oleh para penjaga, dan setelah shalat malam berakhir dan para jamaah pergi, sekitar pukul 23.00, ia menuangkan bensin melalui lubang kunci salah satu pintu masjid, membuat sumbu dari seutas tali yang dibasahi bensin, memasukkannya ke dalam lubang kunci, menyalakannya, dan meninggalkan tempat tersebut dengan memanjat tembok Yerusalem ke arah Gerbang Asbat, karena pintu-pintu masjid sudah tertutup pada malam hari.

Upaya tersebut tidak berhasil, dan kerusakan yang terjadi hanya terbatas pada pintu saja. Rohan kemudian memutuskan untuk merencanakan pembakaran secara lebih luas dan akurat, dan menyadari bahwa mimbar Salahuddin al-Ayyubi sangat mudah terbakar karena terbuat dari kayu, yang membuatnya mencoba lagi 10 hari kemudian.

Kelima...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement