REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Dorongan menuju perang habis-habisan di Timur Tengah sedang bergerak keluar dari fase berjalan sambil tidur menuju fase perhitungan eskatologis yang disadari.
Dr Binoy Kampmark dalam artikel bertajuk Bloody eschatology: Israel and the next big war di Middle East Monitor menyatakan Armageddon yang penuh darah dan berapi-api akan menyingkapkan kekuatan-kekuatan kebajikan, yang menghubungkan kaum evangelis Kristen di Amerika Serikat dengan kaum nasionalis Yahudi sayap kanan di Israel.
Prospek yang mengerikan itu tentu saja tidak bisa diabaikan, kaum mesianis selalu merupakan kelompok yang menakutkan, yang menganggap sejarah dan teks-teks agama yang dipangkas secara selektif berada di pihak mereka.
Setiap pekan kini datang dengan beberapa tindakan sabotase, mutilasi dan gangguan terhadap prospek perdamaian. Dalam pidatonya pada 24 Juli lalu di hadapan Kongres Amerika Serikat, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menguraikan visi Manichean-nya yang kasar dengan cara menggonggong secara rutin.
Dengan demikian, niatnya, seperti yang dikatakan oleh Noa Landau, bukanlah untuk mengakhiri perang di Gaza, melainkan memperpanjangnya.
Bagi Netanyahu, nada-nada retorika peradaban yang tegang tidak pernah jauh. Dia ingin negara-negara lain ikut campur, memerangi para penjahat yang dia sebut sebagai “poros teror”.
Hambatan terhadap upaya perang negara Yahudi harus ditolak. Memaksakan hal itu akan membuat negara-negara lain yang memiliki jenis yang sama terbelenggu. “Jika tangan Israel diikat, Amerika akan menyusul,” kata pemimpin Israel itu.
“Saya akan memberi tahu Anda apa lagi yang berikutnya: kemampuan semua negara demokrasi untuk memerangi terorisme akan terancam.”
Baca juga: Media Amerika Serikat Ungkap Hamas Justru Semakin Kuat, Bangun Kembali Kemampuan Tempur
Ruang telah disediakan untuk menyerang Pengadilan Kriminal Internasional, yang kepala jaksa penuntutnya telah meminta surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, dan para presiden dari universitas-universitas terkemuka di Amerika Serikat.
Adapun para mahasiswa yang memprotes, mereka telah memilih untuk “berdiri bersama kejahatan. Mereka berdiri bersama Hamas. Mereka berdiri bersama para pemerkosa dan pembunuh.”
Dengan kemarahan..