REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH —Seorang pemuda Palestina, Moataz Sarsour, gugur sebagai syuhada pada Selasa (13/8/2024) pagi setelah menderita luka-luka akibat serangan pasukan Israel di kota Ramallah dan Al-Bireh saat fajar.
Sumber media lokal melaporkan bahwa Sarsour, yang berasal dari kamp pengungsi al-Amari, terluka parah akibat tembakan Israel di dada. Dia diangkut ke Kompleks Medis Palestina, di mana dokter kemudian menyatakan dia meninggal, tulis Al-Mayadeen.
Penggerebekan dimulai ketika pasukan Israel menyerbu lingkungan al-Tira di Ramallah. Zionis menggerebek sebuah apartemen milik Dr. Aysar Barghouti, seorang tahanan yang ditangkap oleh pasukan pendudukan Israel.
Bersamaan dengan itu, penggerebekan lain terjadi di lingkungan Umm al-Sharayet di al-Bireh. Penggerebekan tersebut menargetkan apartemen Dr. Khaled al-Kharouf, dan seorang tahanan lainnya. Kedua apartemen tersebut kemudian dihancurkan oleh pasukan Israel.
Serangan tersebut memicu konfrontasi kekerasan di lingkungan al-Tira dan Umm al-Sharayet, di mana tentara Israel menembakkan peluru tajam dan gas air mata. Empat pemuda terluka akibat tembakan, termasuk Sarsour, sementara seorang pemuda lainnya tertabrak kendaraan militer.
Sumber lapangan di Tepi Barat yang diduduki juga melaporkan bahwa pasukan Israel mengepung sebuah rumah di kamp pengungsi Askar di sebelah timur Nablus di mana pejuang perlawanan dilaporkan terlibat bentrokan dengan tentara.
Dengan syahidnya Sarsour, jumlah warga Palestina yang terbunuh di Tepi Barat sejak 7 Oktober 2023 meningkat menjadi 624 orang. Di antara korbannya terdapat 145 anak-anak dan 9 perempuan.
Insiden terbaru tersebut adalah bagian dari eskalasi kekerasan yang lebih luas di Tepi Barat, yang mengalami peningkatan konfrontasi sejak dimulainya agresi Israel di Jalur Gaza. Kota-kota besar dan kecil di Tepi Barat telah menjadi sasaran serangan setiap hari oleh pemukim dan pasukan pendudukan, yang seringkali mengakibatkan penangkapan secara luas, serta kematian dan cedera.
Tentara pendudukan Israel, kata juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, membunuh 16 warga Palestina antara 30 Juli dan 5 Agustus, termasuk dua anak-anak, dan melukai 56 lainnya di Tepi Barat yang diduduki.
Juru bicara Farhan Haq menekankan warga Palestina terus dibunuh dan diusir oleh pasukan pendudukan Israel di Tepi Barat. Dia mengungkapkan, pada periode yang sama, “Israel” juga melancarkan lebih dari 20 serangan terhadap warga Palestina, yang mengakibatkan cedera dan kerusakan properti.