REPUBLIKA.CO.ID, Ulama dan cendikiawan asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi menjelaskan hikmah di balik penciptaan berbagai suku dalam kehidupan masyarakat. Dia mengawali penjelasannya dengan mengutip ayat Alquran, di mana Allah SWT berfirman:
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحٖيمِ
يَٓا اَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَاُنْثٰى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَٓائِلَ لِتَعَارَفُوا . . .
Artinya: “Wahai manusia, Kami menciptakan kalian dari jenis laki-laki dan perempuan serta menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal.” (QS. al-Hujurât [49]: 13).
Menurut Said Nursi, Allah menciptakan manusia dalam beragam kelompok, kabilah, umat, dan bangsa agar kalian saling mengenal. Tujuannya juga agar manusia mengetahui relasi sosial dan saling membantu di antara kalian. Allah menjadikan manusia bersuku-suku dan berkelompok-kelompok tidak untuk saling bertikai dan saling memusuhi.
Menurut Nursi, dalam bahasan ini terdapat tujuh persoalan. Diantaranya adalah sebagai berikut:
Persoalan pertama, Said Nursi menjelaskan bahwa hakikat mulia yang dikandung oleh ayat di atas secara khusus berbicara tentang kehidupan sosial. Karena itu, Nursi merasa perlu menuliskan bahasan ini dengan niat mengabdikan diri untuk Alquran serta dengan harapan bisa membangun benteng yang dapat menahan berbagai serangan zalim.
"Kutuliskan ia lewat lisan “Said Lama” yang memiliki relasi dengan kehidupan sosial Islam; bukan lewat lisan “Said Baru” yang ingin menjauhi kehidupan sosial," jelas Nursi dalam buku Al-Maktubat halaman 541-542.
Persoalan Kedua, sebagai penjelasan dari prinsip saling mengenal dan saling membantu seperti yang dikandung oleh ayat di atas, Nursi ingin menegaskan bahwa sebuah pasukan dibagi ke dalam sejumlah korps, kelompok, brigade, batalion, grup, detasemen, dan regu.
Hal itu dimaksudkan agar setiap prajurit mengetahui tugas-tugasnya sesuai dengan relasi yang beragam tersebut, serta agar setiap anggota pasukan dapat menunaikan tugasnya sesuai dengan prinsip kerjasama sehingga kehidupan sosial mereka terlindungi dari serangan musuh. "Pembagian kepada sejumlah kelompok tadi bukan untuk melahirkan persaingan antar batalion, melahirkan permusuhan antar detasemen, atau benturan antar regu," kata Nursi.
Begitu pula kondisinya dalam komunitas Islam yang menyerupai pasukan besar, lanjut Nursi, ia dibagi ke dalam sejumlah kabilah dan kelompok meskipun sebenarnya mereka memiliki seribu satu sisi kesatuan dan kesamaan. Pasalnya, Pencipta mereka satu, Pemberi rezeki mereka satu, Rasul mereka satu, kiblat mereka satu, kitab suci mereka satu, dan tanah air mereka satu.
"Terdapat begitu banyak kesamaan yang jumlahnya mencapai ribuan sisi di mana hal itu menuntut terciptanya persaudaraan, cinta, dan kesatuan. Artinya, kondisi terbagi kepada berbagai kelompok dan kabilah seperti yang disebutkan ayat di atas, tidak lain adalah untuk saling mengenal dan saling menolong; bukan untuk saling bertikai dan saling memusuhi," jelas dia.