Jumat 21 Mar 2025 11:00 WIB

THR Cair, Ingat Pesan Ulama Turki Soal Pentingnya Hidup Hemat

saat menerima THR masih banyak orang yang cenderung boros.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Tunjangan Hari Raya/THR (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Tunjangan Hari Raya/THR (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sebagian karyawan swasta atau pun pegawai pemerintahan mungkin telah menerima Tunjangan Hari Raya (THR) yang dibagikan setiap menjelang lebaran Hari Raya Idul Fitri. THR dibagikan sebagai bentuk apresiasi kepada karyawan dan sebagai dukungan finansial dalam menyambut hari raya tahun ini.

Namun, saat menerima THR masih banyak orang yang cenderung boros, sehingga saat lebaran uang THR itu pun sudah habis. Pemborosan dan budaya konsumtif ini bertentangan dengan apa yang diajarkan para ulama terdahulu tentang pentingnya hidup hemat. 

Baca Juga

Dalam kitab Al-Lama'at misalnya, ulama masyhur asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi (1878-1960 M) menekankan pentingnya hidup hemat. Menurut dia, orang yang hemat tidak akan ditimpa oleh kemiskinan dan kelaparan sebagaimana hal itu disebutkan oleh hadis Nabi SAW:

“Orang yang hidup hemat tidak akan miskin”.

Said Nursi mengatakan, ada berbagai bukti nyata yang menunjukkan bahwa hidup hemat menjadi sebab diturunkannya keberkahan dan sebagai asas kehidupan yang lebih baik. Di antaranya adalah pengalamannya sendiri serta pengakuan orang-orang yang telah membantu dan menemaninya dalam menjalankan tugasnya. 

"Kadangkala aku dan beberapa teman mendapatkan sepuluh kali lipat keberkahan karena sikap hemat tadi," kata Nursi dikutip dari buku Al-Lama'at halaman 271. 

Bahkan sembilan tahun yang lalu, lanjut Nursi, ketika beberapa pimpinan suku yang diasingkan bersamanya ke Burdur memaksanya untuk menerima zakat harta mereka dengan tujuan agar dirinya tidak jatuh miskin karena uangnya yang sedikit, Nursi mengatakan kepada para pimpinan yang kaya raya itu: 

“Meskipun uangku sangat sedikit, namun aku bisa hidup hemat. Aku terbiasa merasa cukup sehingga aku tidak membutuhkan bantuan kalian.” 

Akhirnya, Said Nursi menolak tawaran mereka yang berulang-ulang tersebut. Dan patut untuk diperhatikan, ternyata sebagian besar orang-orang yang telah menawarkan zakat mereka kepada Nursi itu dua tahun kemudian dililit utang karena tidak mau bersikap hemat. 

"Sebaliknya, berkat sikap hemat, uangku yang sedikit tadi alhamdulillah masih cukup hingga tujuh tahun berikutnya. Aku tidak perlu menjatuhkan harga diriku, tidak sampai meminta bantuan orang, dan masih tetap bisa berpegang pada prinsip hidupku, yaitu al-istighna (tidak bergantung kepada orang lain)," jelas Nursi. 

Dia pun menegaskan bahwa orang yang tidak bersikap hemat akan jatuh pada kehinaan serta akan tergelincir ke dalam jurang kerendahan. "Harta yang dipergunakan untuk hidup berlebihan pada zaman kita sekarang ini merupakan harta yang mahal dan sangat berharga. Sebab, kadangkala ia harus dibayar dengan kehormatan dan harga diri," kata Nursi. 

Bahkan, tambah dia, seringkali kesucian agama dipertaruhkan hanya untuk mendapatkan uang yang sial. Dengan kata lain, seseorang berusaha mendapat beberapa rupiah lewat cara menggadaikan ratusan juta harta maknawinya. 

Padahal, kata Nursi, kalau manusia mau membatasi diri pada kebutuhan pokoknya dan hanya berkonsentrasi padanya, ia akan mendapatkan rezeki yang akan menjamin kelangsungan hidupnya dari tempat yang tak disangka-sangka sesuai dengan kandungan firman Allah:

اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِيْنُ

Artinya: "Sungguh Allah, Dialah Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh"  (QS Ad-Zariyat [51] :58)

Bahkan secara tegas dan pasti ayat berikut memberikan jaminan tersebut:

۞ وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ

Artinya: "Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya..." (QS Hud [11] :6)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement