Kamis 08 Aug 2024 14:27 WIB

Cara Yordania 'Paksa' Israel Setujui Gencatan Senjata

Yordania mengutus Israel yang membunuh Ismail Haniyeh.

SItuasi di Gaza Palestina.
Foto: AP Photo/Abdel Kareem Hana
SItuasi di Gaza Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yordania menyerukan pentingnya untuk segera mengambil tindakan transformatif guna memaksa Israel menerima gencatan senjata di Jalur Gaza.

"Kita harus melakukan tindakan transformatif untuk memaksa Israel menerima gencatan senjata dan mengakhiri agresinya terhadap Gaza,” kata Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi kepada saluran berita Amerika Serikat CNN, Rabu.

Baca Juga

Safadi mengatakan pembunuhan kepala negosiator Hamas, Ismail Haniyeh, merupakan pelanggaran hukum internasional dan tindakan gegabah yang dikutuk Yordania sebagai kejahatan.

Menjawab pertanyaan mengenai apa yang diharapkan Iran untuk dicapai pada pertemuan luar biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di kota Jeddah, Arab Saudi, Safadi mengatakan pertemuan tersebut tidak akan dapat menghasilkan gencatan senjata.

"Kita perlu melakukan sesuatu yang benar-benar transformatif di sini, terlepas dari di mana Iran berada, di mana Israel berada saat ini, jika kita ingin memaksa Israel untuk menerima gencatan senjata, mengakhiri agresi di Gaza," ucapnya.

Lebih lanjut Safadi menyampaikan bahwa terdapat peluang untuk melakukan de-eskalasi yang nyata dan menyerukan untuk harus bergerak ke arah itu. Kendati demikian, ia mengakui bahwa pembicaraan tentang gencatan senjata memang rumit, terutama setelah pembunuhan kepala negosiator dari Hamas.

"Kita memiliki dua jalan, jalan yang mendorong kawasan itu lebih jauh ke jurang perang atau jalan yang akan mengatakan sudah cukup dan menyelamatkan kawasan itu dari kehancuran akibat perang habis-habisan," tambahnya.

Israel dalam keadaan siaga militer tinggi untuk menghadapi kemungkinan serangan Iran menyusul pembunuhan Kepala Biro Politik Hamas, Haniyeh, pada minggu lalu. Sementara Hamas dan Iran menuduh Israel melakukan pembunuhannya, Tel Aviv belum mengonfirmasi atau membantah bertanggung jawab.

Kelompok Hizbullah Lebanon juga mengancam akan membalas Israel menyusul pembunuhan komandan seniornya Fuad Shukr dalam serangan udara di pinggiran selatan Beirut pada 30 Juli.

Eskalasi itu terjadi di tengah serangan Israel yang menghancurkan di Jalur Gaza sejak serangan oleh kelompok Palestina Hamas Oktober lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.

Lebih dari 39.600 warga Palestina telah terbunuh sejak saat itu, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan lebih dari 91.600 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement