Rabu 07 Aug 2024 20:15 WIB

Penunjukan Yahya Sinwar Jadi Peringatan Keras untuk Israel

Pembunuhan-pembunuhan Israel tidak akan berhasil mematahkan gerakan perlawanan.

Yahya Sinwar (topi hijau) dan Ismail Haniyeh
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Yahya Sinwar (topi hijau) dan Ismail Haniyeh

REPUBLIKA.CO.ID,GAZA CITY  Pimpinan kelompok pejuang Palestina, Hamas, menggambarkan penunjukan Yahya Sinwar sebagai kepala biro politik pengganti as-syahid Ismail Haniyeh membawa peringatan penting bagi Israel. 

Sami Abu Zuhri, seorang pejabat senior Hamas, mengatakan kepada Anadolu, keputusan Hamas menunjuk Sinwar sebagai pemimpin kelompok itu mengandung pesan yang bisa berdampak keras bagi Israel beserta sekutu-sekutunya.

Baca Juga

Sementara itu, pemimpin Hamas, Osama Hamdan mengatakan melalui rekaman pesan bahwa penunjukan Sinwar untuk memimpin biro politik Hamas menegaskan kembali persatuan gerakan ini dan kesadaran akan bahaya yang dihadapi.

Ia mengatakan, keputusan tersebut juga menunjukkan, pembunuhan-pembunuhan oleh Israel tidak akan berhasil mematahkan gerakan perlawanan. Yahya Sinwar ditunjuk sebagai kepala biro politik yang baru oleh Hamas pada Selasa (6/8). Sinwar menggantikan Ismail Haniyeh, yang dibunuh di ibu kota Iran, Teheran, setelah menghadiri upacara pelantikan presiden baru Iran pada 31 Juli 2024.

photo
Pimpinan baru Hamas Yahya Sinwar. - (AP/John Minchillo)

Hamas dan Iran menuduh Israel sebagai pihak yang membunuh Haniyeh. Namun, Pemerintah Israel tidak membantah ataupun mengonfirmasi bertanggung jawab atas insiden tersebut. Sinwar adalah pemimpin Hamas yang paling dicari oleh Israel.

Israel menuduh Sinwar mendalangi serangan lintas batas pada 7 Oktober tahun lalu oleh Hamas, yang mendorong Israel untuk melancarkan serangan militer menghancurkan Jalur Gaza serta telah menewaskan lebih dari 39.600 korban.

Sepuluh bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah krisis makanan, air bersih, dan obat-obatan. Israel di Mahkamah Internasional (ICJ) dituduh melakukan genosida.

ICJ telah memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasi militernya di Rafah --tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang, sebelum kota di Gaza selatan itu juga diserang pada 6 Mei tahun ini. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement