Rabu 31 Jul 2024 16:51 WIB

Kisah 2 Mahasiswi Indonesia Belajar Islam di Amerika Serikat, Negara Mayoritas Non-Muslim

Menurut Melati dan Atssania, tak sulit menemukan tempat untuk sholat di kampusnya.

Atssania Zahro dan Melati Ismaila (kiri), dua mahasiswi menempuh studi S2 di PTIQ, berhasil meraih beasiswa LPDP bekerja sama dengan Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKU MI) untuk melanjutkan studi di Hartford International University, AS.
Foto: Dok. USAID
Atssania Zahro dan Melati Ismaila (kiri), dua mahasiswi menempuh studi S2 di PTIQ, berhasil meraih beasiswa LPDP bekerja sama dengan Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKU MI) untuk melanjutkan studi di Hartford International University, AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmu Islam dinilai tak hanya bisa digali di negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Dua mahasiswi Indonesia, Atssania Zahro dan Melati Ismaila, membuktikan bahwa belajar tentang Islam juga bisa dilakukan di Amerika Serikat.

Keduanya, yang tengah menempuh studi S2 di PTIQ, meraih beasiswa LPDP bekerja sama dengan Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKU MI) untuk melanjutkan studi di Hartford International University, Amerika Serikat, selama tiga bulan. “Jadi teman-teman yang mengikuti program ini tidak hanya menjadi ulama yang berwawasan Indonesia atau mungkin Timur-Tengah tapi harapannya lebih dari itu yaitu menjadikan para peserta menjadi ulama yang berwawasan global,” kata Melati di seperti dikutip dari Youtube Channel USAID TEMAN LPDP, baru-baru ini.

Baca Juga

Terkait anggapan adanya pandangan yang tidak baik terhadap Muslim di sana, dia tidak merasakannya sama sekali. "Hal ini bisa dirasakan ketika kami yang memakai hijab tidak memengaruhi pandangan masyarakat di sana untuk saling sapa dan saling membantu,” ujar Melati dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (31/7/2024).

Senada dengan Melati, Atssania berharap program ini dapat melahirkan generasi ulama yang moderat dan mampu menyebarkan nilai-nilai toleransi di tengah masyarakat. Ketika ditanya mengenai tantangan yang dihadapi, Atssania mengaku awalnya banyak yang meragukan kemampuan mahasiswi ilmu Islam untuk belajar di Amerika Serikat. Selain itu, ada pula anggapan bahwa kehidupan Muslim di negara tersebut kurang baik.

Namun, pengalamannya di Amerika Serikat justru sebaliknya. Atssania menemukan banyak hal menarik tentang Islam, terutama terkait toleransi dan keberagaman budaya Islam. 

“Bahkan untuk kami yang Muslim tidak sulit untuk menemukan tempat untuk beribadah karena disedikan oleh pihak kampus. Di sinilah saya melihat bahwa kehidupan di kampus di Amerika Serikat menjunjung tinggi nilai toleransi jadi kami bisa tenang dalam menjalankan sholat. Selain itu, jika ada acara-acara kampus para panitia juga memperhatikan keberadaan pelajar Muslim dengan menjamin makanan-makanan yang tersedia halal untuk dimakan,” ujar Atssania. 

Atssania berharap kisahnya dapat menginspirasi mahasiswa Indonesia lainnya untuk tidak ragu melanjutkan studi di Amerika Serikat. “Jangan takut dengan kabar-kabar yang kurang baik. Masyarakat Amerika sangat toleran dan menghargai keberagaman,” ujarnya.

Program beasiswa yang diikuti Atssania dan Melati merupakan program khusus dari LPDP yang ditujukan bagi mahasiswa dari perguruan tinggi berbasis Islam di Indonesia. Untuk informasi lebih lanjut, calon peserta dapat mendaftar melalui jalur beasiswa LPDP.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement