REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM -- Kelompok Lebanon, Hizbullah mengatakan pada hari Senin (29/7/2024) bahwa mereka menyerang beberapa pos militer di Israel utara di tengah kekhawatiran akan perang besar-besaran dengan Israel, Anadolu Agency melaporkan.
Kelompok Hizbullah mengatakan para pejuangnya menyerang dengan "senjata yang tepat" peralatan mata-mata yang baru dipasang di pos Al-Malikiyya.
Para pejuang Hizbullah juga menargetkan posisi tentara Israel di lokasi Al-Raheb dengan rudal berpemandu dan menembakkan puluhan roket Katyusha ke lokasi Al-Baghdadi, kata kelompok tersebut.
Belum ada informasi yang tersedia tentang cedera atau kerusakan.
Dikutip dari laman Middle East Monitor, Selasa (30/7/2024), pesawat tempur Israel melakukan serangan udara di beberapa kota di Lebanon selatan, termasuk Houla, Markaba dan Mays Al-Jabal, Kantor Berita Nasional milik pemerintah melaporkan.
Ketegangan telah meningkat antara Hizbullah dan Israel setelah serangan rudal di kota Druze Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel pada Sabtu lalu.
Sementara Israel menyalahkan Hizbullah atas serangan tersebut, yang menewaskan 12 orang dan melukai 40 lainnya. Tapi kelompok Lebanon tersebut telah membantah bertanggung jawab.
Eskalasi tersebut terjadi di tengah serangan mematikan Israel di Gaza, yang telah mewafatkan lebih dari 39.300 orang sejak Oktober lalu, menyusul serangan oleh kelompok Perlawanan Palestina, Hamas.
Di tempat lain, Presiden Iran, Masoud Pezeshkian mengingatkan, setiap serangan Israel terhadap Lebanon akan menimbulkan konsekuensi serius bagi Israel, Hal ini disampaikan Presiden Iran dalam panggilan telepon dengan mitranya dari Prancis yakni Emmanuel Macron, media pemerintah Iran melaporkan pada Senin (29/7).
Otoritas Israel menyalahkan kelompok Lebanon yang didukung Iran yakni Hizbullah atas serangan roket yang menghantam lapangan sepak bola di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel pada Sabtu lalu. Sehingga menewaskan 12 anak-anak dan remaja, dan Israel bersumpah untuk memberikan tanggapan yang keras.
Hizbullah membantah bertanggung jawab atas serangan itu.
"Setiap kemungkinan serangan Israel terhadap Lebanon akan menimbulkan konsekuensi serius bagi Israel," kata Pezeshkian seperti dikutip oleh media pemerintah Iran.
"Kami bersedia meningkatkan hubungan kami dengan Prancis atas dasar saling percaya," tambah Pezeshkian dalam percakapannya dengan Macron.
Macron berbicara dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu pada Ahad (28/7/2024), kata Kepresidenan Prancis, saat Paris berupaya mencegah eskalasi yang lebih luas antara Israel dan Hizbullah.
Kepresidenan mengatakan Macron telah mengingatkan Netanyahu bahwa Prancis berkomitmen penuh untuk melakukan segala hal untuk menghindari eskalasi baru di kawasan tersebut dengan menyampaikan pesan kepada semua pihak yang terlibat dalam konflik.