Senin 08 Jul 2024 06:32 WIB

Hancurnya Ekonomi Israel Akibat Perangi Gaza yang tak akan Diakui para Pendukung Zionis

Ekonomi Zionis Israel terdampak hebat akibat Perangi Gaza

Peti mati tentara Israel yang tewas dalam pertempuran di Jalur Gaza saat dibawa saat pemakamannya di pemakaman militer Mount Herzl di Yerusalem, Selasa, 11 Juni 2024.
Foto: AP Photo/ Ohad Zwigenberg
Peti mati tentara Israel yang tewas dalam pertempuran di Jalur Gaza saat dibawa saat pemakamannya di pemakaman militer Mount Herzl di Yerusalem, Selasa, 11 Juni 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Meski perekonomian Israel tampaknya baik-baik saja, tetapi ada banyak fakta mengejutkan sebagai dampak entitas Zionis itu memerangi Gaza.

Dalam laporan berjudul Has the war on Gaza hurt Israel’s economy? yang dipublikasikan Aljazeera, awal 2024, sang penulis Giorgio Cafiero menjelaskan keterpurukan ekonomi Israel akibat Perang Gaza.

Baca Juga

Perang Israel di Gaza, telah berdampak pada perekonomiannya sendiri dengan banyaknya industri yang menghentikan kegiatannya meskipun hanya sedikit yang mendapatkan investasi baru.

Sejak Oktober, pemerintah Israel telah mensubsidi gaji 360 ribu tentara cadangan yang dikerahkan ke Gaza - banyak di antaranya adalah pekerja industri teknologi tinggi di bidang keuangan, kecerdasan buatan, farmasi, dan pertanian.

Pada November 2023, Bank of Israel memperkirakan "dampak kotor" perang terhadap Israel sebesar 198 miliar shekel (53 miliar dolar AS) dan memangkas estimasi pertumbuhan ekonomi menjadi 2 persen per tahun pada 2023 dan 2024, turun dari 2,3 persen dan 2,8 persen.

Pada Desember di tahun yang sama, Kementerian Keuangan Israel mengatakan bahwa perang kemungkinan akan menelan biaya sekitar 13,8 miliar dolar AS tahun ini jika fase intensitas tinggi berakhir pada kuartal pertama 2024.

Di tengah-tengah hal tersebut, para ahli mengamati untuk melihat bagaimana kondisi bisnis di lapangan.

Salah satu industri yang terus berkembang dengan baik adalah sektor teknologi tinggi, area dengan pertumbuhan tercepat di Israel selama beberapa tahun, yang saat ini menyumbang hampir 20 persen dari produk domestik bruto (PDB) dan 14 persen dari lapangan kerja di negara ini.

Sejak dunia startup Israel meledak pada tahun 1990-an, Israel telah mengukuhkan dirinya sebagai pusat teknologi terbesar di dunia, kedua setelah Silicon Valley. Lebih dari 500 perusahaan multinasional - mulai dari Google hingga Apple, IBM hingga Meta, dan Microsoft hingga Intel Corp - beroperasi di Israel.

Dan meskipun ada kekhawatiran jika perusahaan-perusahaan akan terus berinvestasi di negara yang sedang berperang, setidaknya untuk saat ini, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa hal itu merupakan ancaman yang nyata.

Dalam waktu satu pekan pada 7 Oktober 2023, lebih dari 220 perusahaan modal ventura, termasuk Bain Capital Ventures, 8VC, Bessemer Venture Partners, dan GGV Capital, menandatangani sebuah pernyataan publik untuk menyatakan solidaritas terhadap Israel dan meminta para investor di seluruh dunia untuk terus mendukung ekosistem teknologinya.

Pada 17-20 Desember, puluhan eksekutif senior dari perusahaan modal ventura, teknologi, dan ekuitas swasta yang berbasis di Amerika Serikat ikut serta dalam Misi Teknologi Israel, yang mencakup pertemuan di Yerusalem dan Tel Aviv antara para eksekutif tersebut dengan para pejabat tinggi pemerintah Israel. Pada dasarnya, ini adalah delegasi tingkat tinggi yang menunjukkan dukungan sektor teknologi Israel di tengah perang ini.

Ron MIasnik adalah seorang investor....

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement