Rabu 03 Jul 2024 14:46 WIB

Tanggapan Jamaah Mengenai Biaya Haji 2024

Biaya haji Indonesia lebih murah dibandingkan dengan sejumlah negara asia lainnya.

Rep: Muhyiddin/ Red: Budi Raharjo
Jamaah haji asal Riau, Teguh (59), sedang bersantai di hotel tempatnya menetap selama menjalankan rangkaian ibadah haji di Makkah, menjelang kepulangannya ke Tanah Air.
Foto: Muhyiddin
Jamaah haji asal Riau, Teguh (59), sedang bersantai di hotel tempatnya menetap selama menjalankan rangkaian ibadah haji di Makkah, menjelang kepulangannya ke Tanah Air.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Beberapa jamaah jamaah haji tampak duduk santai di lobby hotel The Secret of Saw Luxury Suites Towers, wilayah Syisyah, Makkah, Ahad (30/6/2024). Di depan mereka terdapat ratusan koper jamaah yang dibalut dengan warna merah dan putih.

Jamaah haji Indonesia yang tinggal di hotel ini tengah bersiap untuk pulang ke Tanah Air. Wajah mereka tampak dipenuhi dengan kegembiraan. Salah satu jamaah asal Riau, Teguh (59) terlihat baru selesai menelepon keluarganya di kampung halamannya, Pekanbaru.

"Barusan cuma ngasih kabar ke keluarga di kampung akan pulang besok mas," ujar Teguh saat ditemui di lokasi.

Teguh sudah mendaftar haji sejak 2012 lalu dengan biaya setoran sebesar Rp 25 juta. Setelah menunggu lama, akhirnya ia mendapatkan kuota haji tahun ini. Untuk bisa berangkat, Teguh pun harus melunasi sisanya.

Saat pertama kali mendengar besaran biaya haji tahun ini, Teguh mengaku sempat kaget. Karena, untuk biaya haji Riau yang tergabung di Embarkasi Batam ditetapkan sebesar Rp 91 juta lebih. Namun, ternyata Teguh hanya perlu membayar Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih) sebesar Rp 53 juta lebih. Karena, ada nilai manfaat atau subsidi yang diberikan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH).

Untuk berangkat haji tahun ini, maka ia pun hanya perlu melunasi biaya tambahan dari setorannya, yakni sekitar 30-an juta lebih. "Lupa angkanya persisnya berapa. Tapi Alhamdulillah kami bisa melunasinya, karena ada nilai manfaat BPKH itu," ucap Teguh.

Tahun ini, Teguh berangkat haji bersama kakak kandungnya yang sudah lanjut usia, Suwarsih (70 tahun). Saat pertama kali datang di Madinah, dia lah yang mendampingi kakaknya melaksanakan ibadah dengan menggunakan kursi roda. Namun, setelah tiba di Makkah, ia terpaksa menggunakan jasa pendorong kursi roda, karena usianya juga tidak muda lagi.

"Alhamdulillah selama haji semuanya terlayani dengan baik, bahkan sejak akan berangkat dari Batam," ucap Teguh.

Sejak di Embarkasi Batam, Teguh juga sudah mendapatkan living cost yang didistribusikan BPKH sekitar Rp 3 jutaan lebih. Dengan uang saku sebesar itu, Teguh mengaku sudah puas karena layananan konsumsi haji reguler tahun ini sangat bagus.

"Kita puas karena kebutuhan kita tercukupi semuanya. Kita makanan pokoknya berlimpah, di Arafah sampai Mina. Jadi kita gak perlu gunakan duit lagi," kata dia.

Sebagai jamaah haji reguler, ia juga merasa lebih bermakna dalam melaksanakan ibadah hajinya. Karena, saat di Arafah, Muzdalifah, maupun di Mina, Teguh bisa berbaur dengan berbagai suku lainnya di Indonesia.

"Itu sangat bermakna bisa berbaur sama suku lainnya. Jadi bisa bersatu sama lain, gak ada pandang pangkat juga," ucap dia.

Saat melaksanakan wukuf di Arafah dan mabit di Muzdalifah, Teguh mengaku sudah mengetahui segala tantangannya. Sehingga, ia mempersiapkan fisiknya sejak jauh hari.

"Ya mungkin di Arafah, sangat panas di sana. tapi itulah tantangan bagi kita. Di tenda juga panas, tapi kita tetap harus teguh, banyak berdoa dan tetap ikhlas," jelas Teguh.

Meskipun tenda-tenda di Mina cukup sempit Teguh juga tidak mempermasalahkannya. Karena, ia sudah mengetahui bahwa setiap tahun di Mina memang seperti itu. "Semuanya sesuai dengan ekspektasi. Kalau saya sudah ikhlas saja, semuanya sudah mencukupi dan memadai," kata Teguh.

Setelah melalui Puncak Haji, Teguh pun merasakan kegembiraan yang luar biasa. Apalagi, kakaknya yang lanjut usia juga bisa melaksanakan semua rangkaian ibadah haji dengan lancar.

"Jadi kita gembira, gak ada pikiran yang lain-lain. Meskipun kata orang tempat tidurnya sama seperti gali liang lahat, tapi gak ada masalah," jelas dia.

Teguh bersama rombongan mendapatkan jadwal kepulangan melalui Bandara King Abdil Azis Jeddah, Ahad (30/6/2024) sekitar pukul 18.40 Waktu Arab Saudi. Sehingga, setelah sholat Dzuhur, Teguh sudah harus bersiap untuk berangkat ke bandara. "Alhamdulillah tawaf wada-nya juga sudah semalam. Ini kita tinggal pulang," kata Teguh.

Jamaah haji lainnya di tempat yang sama, Zulhendri (65 tahun) juga merasa bahagia setelah melaksanakan ibadah puncak haji dan akan pulang ke Tanah Air.

"Kita bahagia tentunya. Pemerintah sudah cukup baik dan bertanggung jawab, sehingga layanannya juga baik, seperti membantu jamaah lansia dan segala sisi," ujar Zul.

Baginya haji merupakan suatu ibadah yang membutuhkan perjuangan. Karena itu, menurut dia, semua rangkaian ibadah haji membutuhkan fisik yang prima. Jadi, kata dia, kalau haji tanpa perjuangan bukan haji namanya, tapi wisata.

"Jadi kalau kita tidak ada kegiatan fisiknya atau enaknya aja, itu namanya tour. Tapi kalau di haji reguler ini kita memang merasakan perjuangannya, di sinilah ibadah terasa lebih bermakna. Seperti di Mina, itu semua ujian bagi kita," kata Zul.

Zul juga mendaftar haji sejak 2012 lalu dan ia bersyukur masih bisa melaksanakan ibadah haji tahun ini dengan biaya murah. Jika ada tak ada subsidi dari BPKH, ia tak yakin mampu melunasinya. Karena, ia harus merogoh kocek sebesar Rp 90 juta lebih.

"Kalau gak ada subsidi itu, 90-an juta itu mungkin banyak yang gak bisa melanjutkan tahun ini," ucap Zul.

Dia pun berharap ke depannya BPKH lebih maksimal lagi dalam mengelola keuangan haji. Menurut dia, pemerintah juga harus terus melakukan evaluasi untuk meningkatkan layananan jamaah haji ketika di Tanah Suci.

photo
Umat Muslim mengelilingi Kabah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, Selasa, 11 Juni 2024. - (AP Photo/Rafiq Maqbool)
 

Terkait biaya haji tahun ini, Anggota BPKH Amri Yusuf mengungkapkan, sebenarnya besaran biaya haji Indonesia lebih murah dibandingkan dengan sejumlah negara asia lainnya, seperti Singapura.

"Jadi kalau kita bandingin ya Singapura itu kan 7.000 dolar AS per orang (sekitar Rp 114 juta). Itu tidak ada subsidi," kata Yusuf saat ditemui di sela-sela kunjungannya di Makkah.

Menurut dia, biaya haji Indonesia juga lebih murah dibandingkan dengan haji Malaysia. Jika tanpa subsidi, jamaah haji reguler Malaysia itu harus membayar 30 ribu ringgit Malaysia atau sekitar Rp 102 juta.

"Tapi kan mereka dapat subsidi itu. Dibagi kelasnya. Nah itu mereka bayar antara 12.500 Sampai 15.000 ringgit. Nah itu kalau dibandingkan kita sebenarnya itu gak jauh beda," jelas Yusuf.

"Kita bandingkan juga misalnya dengan Turki, Turki itu kemarin waktu ada Expo kita tanya itu satu orang mereka 7.200 dolar AS. Nigeria kita tanya Itu 7.500 tanpa subsidi," kata Yusuf.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement