Senin 01 Jul 2024 09:56 WIB

Kejamnya Israel yang Bunuh Ratusan Penyandang Disabilitas di Gaza

Sepuluh ribu warga Gaza dilaporkan alami disabilitas akibat perang.

Petugas medis Palestina merawat seorang anak yang terluka akibat pemboman Israel terhadap sebuah bangunan tempat tinggal di Rumah Sakit Martir al-Aqsa di Deir al Balah, Jalur Gaza tengah, Senin (24/6/2024)
Foto: AP Photo/Saher Alghorra
Petugas medis Palestina merawat seorang anak yang terluka akibat pemboman Israel terhadap sebuah bangunan tempat tinggal di Rumah Sakit Martir al-Aqsa di Deir al Balah, Jalur Gaza tengah, Senin (24/6/2024)

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Sektor Rehabilitasi Jaringan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Palestina memperkirakan, sekitar 10.000 orang menderita berbagai macam disabilitas menyusul kampanye genosida Israel yang masih saja berlangsung di jalur Gaza.

Menurut pernyataan yang dirilis pada Sabtu (29/6/2024), ratusan penyandang disabilitas terbunuh dan ribuan orang lainnya terluka akibat serangan yang gencar dilakukan pasukan Israel. Krisis di Gaza memaksa puluhan ribu penyandang disabilitas mengungsi. Mereka pun terjebak di dalam sulitnya pengungsi pengungsian beserta trauma psikologis yang parah.

Baca Juga

Pernyataan tersebut menekankan bahwa aksi Israel, termasuk penghancuran infrastruktur, jalan utama, dan pusat rehabilitasi, sangat membatasi mobilitas dan akses layanan bagi penyandang disabilitas.

Hal tersebut secara signifikan telah melemahkan kemampuan mereka untuk bergerak, melakukan evakuasi secara aman dan melenyapkan alat bantu penting yang ditinggalkan selagi menghadapi pengeboman. Selain itu, nyawa para penyandang disabilitas juga terancam akibat krisis air, makanan, energi, obat-obatan serta layanan medis dan rehabilitasi.

Mereka pun dinilai menghadapi kesulitan yang luar biasa di tempat penampungan yang penuh sesak dan minim fasilitas dasar, sehingga memperburuk perjuangan mereka untuk mengakses bantuan kemanusiaan, fasilitas sanitasi dan juga kebutuhan penting lainnya.

LSM tersebut menggarisbawahi bahwa kegagalan untuk mengakomodasi pengungsian yang ramah penyandang disabilitas, disertai kepadatan yang berlebihan, menimbulkan tantangan baru dalam mengakses layanan yang sudah langka.

Penyandang disabilitas di sana sangat rentan mengalami kekurangan gizi dan penyakit kronis, yang secara signifikan menambah risiko kematian, kata LSM tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement