Rabu 26 Jun 2024 15:00 WIB

Kondisi Sebenarnya Pasukan Zionis Israel Ini tak akan Diumbar ke Publik

Pasukan Zionis Israel menghadapi tekanan kejiwaan hingga bunuh diri

Tentara Israel saat pemakaman rekannya yang tewas dalam pertempuran di Jalur Gaza di pemakaman militer Mount Herzl di Yerusalem, Selasa, 11 Juni 2024.
Foto:

Frustrasi dan kecemasan menyebar di antara para prajurit, yang menyebabkan hilangnya kesiapan tempur, moral yang rendah, serta rasa takut dan putus asa yang mendalam.

Tentara Israel telah menemukan di Gaza bahwa meskipun mereka memiliki peralatan yang unggul dan pelatihan yang intensif, mereka telah menjadi sasaran empuk bagi para pejuang perlawanan.

Jelas terlihat dari persentase tentara yang terbunuh dalam pertempuran bahwa kehidupan mereka di dalam tank telah menjadi neraka yang tak tertahankan.

Perintah mereka termasuk tetap berada di dalam tank sepanjang waktu, dan mereka bahkan tidak boleh melihat keluar dari tank untuk berjaga-jaga jika ditembak oleh penembak jitu. Jangan tanya bagaimana mereka pergi ke toilet.

Selain itu, tentara pendudukan kehilangan tingkat kepercayaan publik yang tinggi yang telah dinikmati selama beberapa dekade.

Kepercayaan terhadap kepemimpinan tentara telah terkikis sejak perang dimulai di Gaza, turun secara signifikan dari 75 persen pada Maret menjadi 59 persen pada awal Mei, sementara 70 persen warga Israel tampaknya percaya bahwa Kepala Staf Jenderal Herzl Halevi harus mengundurkan diri karena kegagalan keamanannya pada tanggal 7 Oktober.

Hal ini menjadi perhatian utama bagi tentara, yang menganggap tugas mempertahankan posisinya di hati warga Israel sebagai tugas resmi.

Masalahnya belum terbantu dengan kegagalannya di Gaza, dan tentara yang kembali dari garis depan membuat komentar negatif, sehingga meningkatkan dampak kegagalannya pada citranya yang tadinya dipoles dengan baik.

Semakin banyak warga Israel yang tidak lagi percaya bahwa "Pasukan Pertahanan Israel" adalah yang terkuat di wilayah tersebut. Sebaliknya, mereka kurang optimis dengan kemampuan pasukan, yang membuatnya sulit untuk meningkatkan moral di dalam barisan dan memenangkan perang Gaza.

Para perwira senior sekarang takut akan hilangnya kredibilitas tentara. Yang lebih berbahaya lagi adalah bahwa mereka tidak lagi memiliki otoritas "moral" untuk mengirim tentara ke medan perang setelah kegagalan intelijen Oktober lalu.

Krisis kepercayaan terhadap tentara pendudukan terlihat jelas, bukan pada suara-suara kritis di luar negeri, meskipun ada banyak, tetapi pada mereka yang berada di dalam institusi tersebut.

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement