Selasa 25 Jun 2024 12:13 WIB

Di Hadapan MUI dan Ormas, Wakil Grand Syekh Al-Azhar: Turos Bukan Sebab Kemunduran Umat

Wakil Grand Syekh Al-Azhar menekankan kedudukan turos

Wakil Grand Syekh Al-Azhar Kairo, Prof Dr Muhammad Ad-Duwaini (kedua dari kiri) berkunjung ke MUI.
Foto: Dok Istimewa
Wakil Grand Syekh Al-Azhar Kairo, Prof Dr Muhammad Ad-Duwaini (kedua dari kiri) berkunjung ke MUI.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Wakil Grand Syekh Al-Azhar Kairo, Prof Dr Muhammad Ad-Duwaini berkunjung ke Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada Senin (24/6/2024). Dalam kesempatan tersebut, terdapat tiga poin penting yang disampaikan.

Syekh Ad-Duwaini mengatakan, pertama, turos atau kitab-kitab klasik merupakan warisan keilmuan Islam. Al Azhar mempunyai pengalaman lebih dari 1.000 tahun tanpa berhenti dalam menjaga, mengembangkan, dan menyebarkan warisan keilmuan Islam.

Baca Juga

Menurutnya, turos bukanlah sebab kemunduran umat Islam. Justru sebaliknya, ia bagian dari harta warisan paling berharga umat Islam dalam menjaga jati diri dan menguatkan generasi penerus untuk terus berpegang teguh kepada pemahaman agama yang benar, yaitu kepada Alquran dan sunnah.

"Kedua, Al-Azhar dalam menjaga dan mengembangkan turos. Pemahaman terhadap turos harus juga dibarengi oleh kesadaran akan dinamika perkembangan keilmuan dan keadaaan umat saat ini,” kata Wakil Grand Syekh Al-Azhar Kairo ini di MUI, Senin (24/06/2024)

Di hadapan pimpinan MUI serta para perwakilan ormas Islam, Syekh Ad-Duwaini menyampaikan pemahaman yang baik terhadap Turos sebagaimana yang dilakukan oleh Al-Azhar dapat melahirkan pandangan yang wasathi. Di samping itu, lahirnya kemampuan untuk bersinergi dan menghormati pendapat orang atau kelompok lain.

Sebab, menurut dia wasathiyah bukanlah sebuah slogan dan pemanis bibir saja. Wasathiyah adalah konsep yang berakar kuat dari pemahaman yang benar, dijaga, dikuatkan, disinergikan dan disebarkan oleh para ahli yang mengaku wasathi.

Adapun dalam konteks yang dimaksud adalah peran yang juga digawangi oleh MUI sebagai payung besar ormas Islam di Indonesia. Oleh karenanya, pemahaman para alim ulama terkait Turos sangatlah penting.

“Ketiga, penyesuaian masa kini, berdasarkan keilmuan turos tersebut dengan melihat perkembangan yang terjadi sekarang,” ujar Syekh Ad-Duwaini.

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Marsudi Syuhud menyambut langsung kedatangan Syekh Ad-Duwaini. Tak sekadar kunjungan, kegiatan tersebut juga merupakan silaturahim antarormas Islam.

Kiai Marsudi didampingi antara lain Sekjen MUI Buya Amirsyah Tambunan, Ketua MUI Bidang Fatwa Prof KH Asrorun Niam Sholeh, Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH M Cholil Nafis, PhD, beserta jajaran pimpinan lainnya.

“Selamat datang kepada Wakil Grand Syekh Al-Azhar ke Indonesia. Kampus di mana sekitar 15 ribu mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di sana,” sambut Kiai Marsudi.

Menurut dia, kampus Al-Azhar tidak asing lagi di Indonesia. Sebab telah banyak mencetak alumni-alumni terbaik dari kampus peradaban tersebut.

“Saya sendiri memang bukan alumni Al-Azhar, melainkan beberapa pimpinan MUI turut serta mengenyam pendidikan di sana,” bebernya.

Tak hanya menyambut kedatangan Wakil Grand Syekh, Kiai Marsudi juga memperkenalkan bahwa MUI merupakan payung besar ormas Islam di Indonesia. MUI menaungi lebih dari 80 ormas Islam yang ada.

Dalam kesempatan tersebut yang turut menyambut Wakil Grand Syekh Al-Azhar di antaranya Wakil Ketua Umum MUI KH Marsudi Syuhud, Sekjen MUI Buya Amirsyah Tambunan, Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Cholil Nafis, serta Ketua MUI Bidang Fatwa Prof KH Asrorun Ni’am Sholeh beserta jajaran pimpinan MUI dan ormas Islam. Dalam kunjungan kali ini juga dilengkapi pula dengan sesi tanya jawab saat forum diskusi bersama Wakil Grand Syekh Al-Azhar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement