REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Menjelang puncak ibadah haji 1445 H/2024 M, ratusan orang pencinta (muhibbin) almarhum KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen mendatangi Kantor Daerah Kerja (Daker) Makkah di wilayah Syisyah, Kamis (13/6/2024) sore. Mereka menghadiri peringatan haul Mbah Moen kelima bersama para habaib, kiai, serta petugas dan jamaah haji Indonesia.
Berdasarkan pantauan Republika di lokasi, sejumlah tokoh hadir di gedung depan Kantor Daker Makkah. Di antara mereka adalah putra-putra Mbah Moen, yaitu KH Abdullah Ubab, KH Najih Maimoen (Gus Najih), KH Taj Yasın Maimoen, dan Gus Muhammad Idror. Turut serta pula, pimpinan Yayasan al-Fachriyah Tangerang, Banten, yakni Habib Jindan bin Novel.
Menurut Habib Jindan, keteladanan Mbah Moen perlu ditiru oleh generasi Muslim masa kini maupun mendatang. Almarhum yang juga pengasuh Pondok Pesantren al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah, itu juga merupakan sosok ulama yang sangat dicintai semua kalangan. Sebab, sifat-sifatnya yang alim dan penuh dengan kasih sayang.
"Lima tahun lalu, kita semua semua melihat Kiai Maemoen. Dan semua orang yang duduk dekat dengan beliau merasakan halnya kasih sayang dan cinta dari beliau," ujar Habib Jindan, Kamis (13/6/2024) waktu Arab Saudi.
Baginya, Mbah Moen merupakan seorang yang dicintai Allah. Maka wajarlah bila ulama yang wafat dalam usia 90 tahun itu dicintai oleh semua orang. Habib Jindan pun mengutip sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim.
Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Apabila Allah SWT mencintai seorang hamba-Nya, Dia memanggil Jibril, ‘Sesungguhnya Allah SWT mencintai si fulan, maka cintailah dia.' Maka, jibril mencintai hamba itu.
Kemudian, Jibril berseru kepada penduduk langit, 'Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia.’ Seluruh penduduk langit pun mencintai hamba itu. Lalu, orang itu pun djadikan bisa diterima oleh penduduk bumi” (HR Bukhari-Muslim).
"Kita pun juga gemetar ketika melihat akhlaknya beliau (Mbah Moen), takzimnya beliau, cintanya beliau kepada para auliya," ucap Habib Jindan.
Setelah penyampaian kisah-kisah teladan tentang Mbah Moen, acara dilanjutkan dengan doa-doa. Salah satunya dipanjatkan oleh Gus Najih.
Sebagai seorang putra Mbah Moen, ia pun berterima kasih kepada para muhibbin yang hadir untuk mendoakan almarhum. Gus Najih juga bersyukur karena setiap tahun dapat mengadakan peringatan haul di Makkah. Kalau di Indonesia, menurut dia, haul akbar Mbah Moen biasanya diperingati pada bulan Ramadhan dan terbuka untuk umun.
"Alhamdulillah di Makkah ini yang hadir banyak. Sekarang ini sebagian alumni juga menggelar haul di beberapa daerah, di Jepara, Temanggung, dan Purworejo," kata Gus Najih saat ditemui Republika, kemarin.
Dia berharap, para muhibbin yang hadir mendapat berkah dan ketenangan jiwa, serta meneladan Mbah Moen. Di antara sifat-sifat almarhum yang patut diikuti adalah kegigihannya dalam menuntut ilmu dan mengajarkan agama.
"Beliau bahkan lagi capek juga mengajar. Semoga semua mendapatkan berkah dan ketenangan jiwa," kata Gus Najih.