![](https://static.republika.co.id/uploads/images/widget_box/_240515155241-893.png)
Namun beberapa kilometer kemudian, mobil kami kembali diberhentikan. Kali ini polisi yang memeriksa meminta kami menyerahkan smart card semacam tasrekh atau surat izin khusus yang berisi informasi jamaah haji.
"Visa, tasrekh."
Kami pun mengumpulkan smart card yang diminta. Smart card adalah kartu yang nanti akan dipakai jamaah haji ke Armuzna. Setiap jamaah yang ingin masuk ke Armuzna wajib memakai smart card.
Jika ada jamaah yang kedapatan tidak atau belum memiliki smart card akan menjalani pemeriksaan. Jika memiliki visa haji, jamaah akan dibebaskan, tetapi jika ternyata visa jamaah tersebut visa-non haji, urusannya bakal panjang. Mulai dari ditahan sampai dideportasi yang berakibat di-banned selama 10 tahun masuk Arab Saudi.
"Sarie (cepat)," perintah polisi itu.
Setelah beberapa menit memeriksa smart card yang kami kumpulkan, polisi itu mempersilakan kami jalan. Setelah pos pemeriksaan kedua itu, Pak Saefullah menyarankan agar kami balik kanan alias kembali ke hotel saja.
"Ngeri pak, di sana masih banyak pemeriksaan. Takutnya kita tak boleh masuk dan banyak pertanyaan."
Mengingat risiko yang lumayan besar... Baca di halaman selanjutnya...