REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Pakistan menjadi negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, menggeser posisi Indonesia yang selama ini memegang predikat tersebut. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan World Population Review ini, populasi Muslim Pakistan mencapai 240,8 juta jiwa sedangkan Muslim di Indonesia 236 juta jiwa.
Selama ini Indonesia menduduki peringkat pertama dengan populasi Muslim terbesar dan karenanya Indonesia menjadi negara yang paling banyak mendapatkan jumlah kuota jamaah haji dari Arab Saudi. Dengan adanya perubahan ini, apakah juga akan berdampak pada kuota jamaah haji yang akan diterima Indonesia?
Menurut Ketua MUI Bidang Luar Negeri, Prof Sudarnoto Abdul Hakim, secara ekonomi, yang berkepentingan dengan haji adalah Arab Saudi. Artinya, semakin ramai jamaah haji maka perputaran uang di Arab Saudi akan semakin tinggi.
“Jadi saya kira ledakan jumlah penduduk Muslim di Pakistan itu juga akan menjadi berkah ekonomi secara khusus bagi Saudi,” ujar Prof Sudarnoto kepada Republika, Rabu (3/4/2024).
“(Dan untuk kuota) tentu saja Saudi akan memberlakukan kuota seperti yang sudah-sudah, kuota jumlah haji pasti akan didominasi oleh negara-negara Muslim yang besar,” sambungnya.
Indonesia, kata dia, selama ini adalah negara penerima jumlah kuota terbanyak, tahun ini saja sebanyak 221.720 jamaah haji reguler dan 19.280 jamaah haji khusus. Namun jumlah populasi Muslim Pakistan yang meningkatkan pesat di atas Indonesia, maka besar kemungkinan Pakistan akan mendapatkan jumlah kuota haji paling banyak.
“Menurut saya Pakistan akan diperhitungkan juga oleh Arab Saudi sebagai negara yang memiliki kuota besar nantinya. Kalau kenyataannya jumlah Muslim di Indonesia lebih kecil daripada Pakistan, tentu jumlah kuotanya akan lebih besar Pakistan. Nah apakah itu akan otomatis mengurangi kuota Indonesia, saya tidak tahu,” papar Prof Sudarnoto.
Yang harus dipersiapkan Indonesia, tambahnya, adalah politik haji Indonesia yang harus lebih kuat, diplomasi haji harus lebih kuat. Misalnya ketegasan pemerintah Indonesia, langkah Presiden Indonesia selanjutnya, termasuk tentu saja dari Kementerian Agama.
“Pembahasan tentang haji Indonesia di Saudi mesti dilakukan secara intensif, jangan mendadak, ini kan beberapa kali diplomasi kita buru-buru, terlambat, apalagi setelah Covid kemarin kan, dengan kenaikan ongkos haji yang sekarang sudah sangat tinggi, nah ini akan sangat tergantung apakah (kuota) kita tetap atau mungkin saja bisa berkurang. Kalau menambah rasa-rasanya sulit ya tapi semua ini sangat tergantung dengan diplomasi haji dari Pemerintah kita, kalau diplomasinya bagus saya kira akan bisa memberikan tempat jamaah haji kita dengan baik, meskipun kuotanya tidak sebesar Pakistan. Ini kalau Pakistan memang menjadi negara Muslim dengan jumlah penduduk Muslim terbesar,” paparnya.