REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) India Periode 2018-2020 Brenny Novriansyah Ibrahim mengungkapkan konflik yang sering terjadi di India antara kelompok hindu ekstrem dengan masyarakat Muslim sejak berkuasanya Partai Bharatiya Janata (BJP). Mereka menggunakan isu agama untuk kepentingan politik guna meraih banyak suara.
Selain itu, kelompok Hindu ekstrem khawatir India akan dikuasai oleh agama Islam sehingga budaya mereka bisa hilang. Sebab berdasarkan data, dalam dua dekade populasi penduduk Muslim bertambah 13 persen.
"Makanya isu agama ini selau dimunculkan guna menarik suara. Selain itu juga mempertahankan budaya dan tradisi mereka," ujar Brenny kepada Republika, Rabu (20/3/2024).
Namun pada kenyataannya, kata Brenny, kebanyak dari mereka yang terpelajar beralih menjadi Ateis. Mereka menganggap tradisi dalam Hindu hanya budaya saja dalam budaya India dan bukan sebuah keyakinan agama.
Brenny melihat sebelum berkuasanya partai BJP, kata Brenny, India menghormati perbedaan agama. Bahkan menjadi pemandangan biasa dalam satu rumah terdapat banyak agama yang dipeluknya. Namun Brenny yang berada di India antara 2015 hingga 2020 untuk menempuh pendidikan S3 tak menampik adanya gesekan karena perbedaan budaya tetapi tidak separah dalam dua dekade terakhir.
"Kemunculan dari Partai BJP ini menggoreng isu-isu agama secara politik digunakan untuk meraup suara pemilu dan itu berhasil sehingga mereka menjadi pemenang pemilu jadi partai terbesar saat ini," katanya.
Isu agama yang terus digoreng oleh BJP menumbuhkan kemarahan pads kelompok Hindu ekstrem. Mereka terus dipupuk kebenciannya kepada non-Hindu terutama kelompok Muslim. Karena mereka tak ingin kelompok agama lain menguasai India.
Namun, mengenai penyerangan segerombolan Hindu ekstrem terhadap mahasiswa Muslim saat sedang sholat tarawih, Brenny enggan memberikan komentar. Sebab kini sudah jarang mengupdate informasi mengenai situasi terkini di India.