Jumat 01 Mar 2024 23:39 WIB

Dompet Dhuafa Beberkan Situasi Saat Menembus Gaza Kirim Bantuan

Dompet Dhuafa salurkan bantuan melalui jalur Rafah-Mesir.

Rep: Umar Mukhtar / Red: Nashih Nashrullah
Anak-anak pengungsi Palestina antre untuk menerima makanan yang disediakan oleh relawan di kota Deir Al Balah, Jalur Gaza Selatan, Sabtu (24/2/2024). Sebanyak 1,9 juta orang telah mengungsi di Gaza akibat konflik berkepanjangan. Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyatakan sebagian besar warga sipil di Gaza sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Anak-anak pengungsi Palestina antre untuk menerima makanan yang disediakan oleh relawan di kota Deir Al Balah, Jalur Gaza Selatan, Sabtu (24/2/2024). Sebanyak 1,9 juta orang telah mengungsi di Gaza akibat konflik berkepanjangan. Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyatakan sebagian besar warga sipil di Gaza sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Salah satu lembaga filantropi Indonesia, Dompet Dhuafa, memberikan gambaran tentang situasi di Gaza Palestina. Termasuk kebrutalan Israel hingga menyebabkan banyak warga Palestina yang kelaparan.

General Manager Corporate Communication Dompet Dhuafa, Dian Mulyadi menyampaikan, Dompet Dhuafa melakukan penyaluran bantuan kemanusiaan ke Gaza pada kurun waktu November-Desember 2023. Penyaluran ini melalui jalur Rafah-Mesir.

Baca Juga

Dian mengatakan, berdasarkan pengalaman terakhir Dompet Dhuafa, ada begitu banyak kendala yang terjadi sehingga proses pengiriman bantuan tersebut ke Gaza sangat sulit.

"Di tengah kondisi yang sudah kritis, tanpa listrik, air, internet, jalur komunikasi, keterbatasan sarana medis dan sulitnya pasokan makanan di Gaza," kata dia kepada Republika.co.id, Jumat (1/3/2024).

Keadaan tersebut, lanjut Dian, diperparah dengan mengularnya bantuan kemanusiaan dari jalur Rafah-Mesir. Terlebih, dia menambahkan, keadaan di Mesir sendiri tidak sepenuhnya mendukung aksi kemanusiaan lembaga-lembaga kemanusiaan yang peduli atas isu Palestina.

Dompet Dhuafa mencatat, bahwa per 19 Februari 2024, setidaknya ada 29.782 jiwa yang syahid, 70.043 jiwa yang membutuhkan penanganan medis secara khusus. Sementara 360 ribu unit rumah rusak, dan 1,7 juta orang mengungsi.

Lebih lanjut, Dian juga membeberkan kebrutalan serangan pasukan Israel. Dia mengatakan, serangan Pasukan Israel hingga hari ini sangat membabi buta dan menerabas semua hak hidup masyarakat sipil di Palestina.

"Perlakuan mereka sangat tidak berperikemanusiaan dan merampas kedaulatan negara serta penjajahan yang melanggar hukum-hukum humaniter internasional," kata dia.

Selain itu, masih berdasarkan catatan Dompet Dhuafa, sekitar 1,7 juta orang memerlukan shelter dan bantuan NFI, termasuk 900 ribu orang yang dijangkau dengan shelter parsial dan bantuan non-pangan (NFI).

Bantuan parsial berarti bahwa meskipun sebuah rumah tangga telah menerima sejumlah bantuan berupa tempat tinggal dan bantuan non-pangan, namun belum seluruh kebutuhannya terpenuhi.

Baca juga: Prasasti Ini Ungkap Kebenaran Alquran tentang Bangsa Samud, Aad, dan Iram

Kebutuhan yang mendesak adalah tenda, perlengkapan penyegelan (SOK) dan NFI, termasuk perlengkapan tidur, peralatan dapur, dan pakaian musim dingin. 

SOK dapat digunakan untuk mengonsolidasikan tempat penampungan darurat atau untuk melindungi perumahan yang rusak untuk memfasilitasi pemulangan jika memungkinkan. Bantuan teknis diperlukan untuk memperbaiki shelter yang dibangun sendiri dan lokasi spontan atau informal.

Di lokasi terpisah, pada Kamis (29/2/2024), pihak berwenang kesehatan Gaza mengatakan pasukan Israel menembaki orang-orang yang sedang menunggu bantuan di Kota Gaza. Serangan itu menewaskan 70 orang dan melukai 280 lainnya, salah satu rumah sakit mengatakan mereka menerima 10 jenazah dan lusinan pasien terluka.

Juru bicara militer Israel mengatakan mereka tidak mengetahui adanya penembakan di lokasi tersebut. Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf Al Qidra mengatakan insiden tersebut terjadi di bundaran Al Nabulsi di barat Kota Gaza.

Qidra mengatakan tim medis di Rumah Sakit al-Shifa kewalahan menghadapi jumlah dan keparahan luka dari puluhan orang yang terluka. Kepala Rumah Sakit Kamal Adwan di Kota Gaza, Hussam Abu Safieyah mengatakan ia menerima 10 jenazah dan lusinan korban luka dari insiden ini.

"Kami tidak tahu berapa banyak yang ada di rumah sakit lain," kata Safieyah dalam sambungan telepon, Kamis (29/2/2024).

Dalam pernyataannya Hamas mengatakan insiden itu dapat menggagalkan perundingan untuk mencapai gencatan senjata dan pembebasan sandera. Israel mulai menyerang Gaza dari udara, darat dan udara sebagai balasan serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu.

Jumlah kematian di Jalur Gaza sejak meningkatnya konflik Hamas-Israel telah melampaui 30 ribu jiwa, dengan mayoritas dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Kamis (29/2/2024) .

“Korban tewas di Gaza telah melampaui 30 ribu orang – sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak,” tulis Tedros dalam platform X.

Kementerian Kesehatan  Palestina juga mengatakan bahwa 70.215 warga Palestina lainnya menderita luka-luka dalam periode yang sama.

Dalam 24 jam terakhir, militer Israel melakukan 11 aksi pembantaian di Jalur Gaza sehingga menyebabkan 96 orang gugur dan 172 lainnya luka-luka.

"Ada banyak orang yang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan, sementara tim penyelamat tidak bisa menjangkau mereka," kata kementerian tersebut.

Israel telah menggempur Jalur Gaza sejak serangan lintas batas yang dilakukan kelompok perlawanan Palestina Hamas pada 7 Oktober, yang diyakini telah menyebabkan hampir 1.200 warga Israel tewas.

Sekitar 85 persen warga Gaza telah mengungsi akibat agresi Israel tersebut dan seluruh warga Palestina di sana menderita kerawanan pangan, menurut PBB.

Ratusan ribu orang tidak punya tempat berlindung, sementara jumlah truk bantuan yang memasuki wilayah tersebut berkurang hingga kurang dari separuhnya jika dibandingkan dengan sebelum konflik.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Lewat putusan sementara pada Januari, mahkamah itu memerintahkan Israel untuk menghentikan aksi genosida dan mengambil tindakan untuk memastikan bahwa bantuan kemanusiaan dapat disalurkan kepada warga sipil di Gaza.

photo
Kelaparan Esktrem di Gaza - (Republika)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement