Selasa 27 Feb 2024 22:59 WIB

Kemenag akan Kaji Akar Persoalan Kekerasan di Pesantren yang Terus Berulang

Kekerasan di pesantren masih terus terulang harus ada sinergi bersama

Rep: Muhyiddin / Red: Nashih Nashrullah
[ilustrasi] Sekolompok santri di sebuah pondok pesantren di Jawa Timur. Kekerasan di pesantren masih terus terulang harus ada sinergi bersama
Foto: EPA/Fully Handoyo
[ilustrasi] Sekolompok santri di sebuah pondok pesantren di Jawa Timur. Kekerasan di pesantren masih terus terulang harus ada sinergi bersama

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA – Kementerian Agama akan mengkaji akar penyebab fenomena kekerasan di pesantren akhir-akhir ini. 

Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Dirjen Pendis Kemenag), Muhammad Ali Ramdhani menyusul adanya seorang santri yang meninggal karena diduga dianiaya seniornya di Pondok Pesantren PPTQ Al Hanifiyah Mojo, Kabupaten Kediri. 

Baca Juga

Santri yang meninggal akibat kekerasan bukan hanya kali ini saja. Pada 15 Februari lalu, seorang santri di Makassar juga meninggal setelah dianiaya seniornya. 

Pada Desember 2023 lalu seorang santri di Kuningan juga meninggal dunia. Begitu juga di Temanggung pada September 2023 lalu seorang santri meninggal dunia. 

Lalu apa sebenarnya yang menjadi akar penyebab fenomena kekerasan di pesantren ini? 

"Kalau ditanya penyebabnya apa, sejujurnya kita masih harus mencari dan mengkaji secara mendalam," ujar Ramdhani saat ditanya  Republika.co.id  dalam acara Ngopi: Ngobrol Pendidikan Islam yang digelar di Kantor Kemenag, Jakarta Pusat, Selasa (27/2/2024).

Menurut dia, hal sepele terkadang juga bisa menjadi penyebab terjadinya kekerasan atau perundungan di kalangan pelajar. 

Namun, Ramdhani belum dapat memastikan apa yang menjadi penyebab utama kekerasan di pesantren hingga membuat korbannya meninggal dunia. 

"Kadang-kadang hal sepele urusan bikin kopi terlalu dingin membuat seniornya memukuli dan lain sebagainya, tidak normal. Dari perilaku kemanusiaan saja sudah tidak normal. Ya nanti kita kaji bersama. Makasih buat usulannya," ucap Ramdhani. 

Menurut dia, penyebab masing-masing kasus di pesantren tentu bisa berbeda-beda. Namun, ketika seorang manusia tidak mampu memuliakan manusia atau membuat seseorang meninggal dunia, maka harus dikaji secara mendalam. 

"Saya kira forum ini menjadi forum yang baik untuk kita saling share, karena kita juga heran kok ada orang yang berniat belajar ilmu agama tapi kemudian menanggalkan dan meninggalkan nilai-nilai keagamaan ketika mereka berinteraksi dengan sesama," kata Ramdhani. 

Dia pun menceritakan pengalamannya saat belajar di pondok pesantren dulu. Selama mondok, Ramdhani mengaku tidak pernah menemukan kasus seorang santri yang sampai tega memukul temannya hingga meninggal dunia. 

"Saya pernah mondok dan rasanya di pondok itu persaudaraan amat sangat kuat," jelas dia.

Baca juga: Alquran Sebut Langit Tercipta Hingga 7 Lapisan, Begini Penjelasan Ilmiahnya

Plt Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Kementerian Agama RI, Waryono Abdul Ghofur menambahkan, akar permasalahan di lembaga pendidikan pesantren tersebut adalah relasi kuasa antara senior dan junior. 

"Memang relasi kuasa antara senior dan junior seperti yang sekarang ini terjadi (penganiayaan di Kediri)," ujar Waryono.

Dia mengatakan, banyak hal yang bisa menjadi akar penyebab fenomena kekerasan di pesantren. Karena itu, dia berharap dalam kajian yang akan dilakukan pihaknya nanti bisa menemukan penyebab utamanya dan melahirkan solusi. "Mudah-mudahan nanti ditemukan sekaligus solusinya juga ada," kata Waryono.

photo
Tips Memilih Pesantren - (republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement