Senin 29 Jan 2024 22:35 WIB

NU Berada di Satu Abad Pertama, Wakil Rais Aam: Saatnya Lakukan Pembaruan

Wakil Rais Aam mendorong tajdid di internal NU.

Wakil Rais Aam NU KH Afifuddin Muhajir mendorong tajdid di internal NU.
Foto: Antara
Wakil Rais Aam NU KH Afifuddin Muhajir mendorong tajdid di internal NU.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Afifuddin Muhajir mengatakan Nahdlatul Ulama berdasarkan usianya sudah saatnya melakukan "tajdid" atau pembaruan.

"Sekarang NU sudah berusia satu abad lebih satu tahun. Itu sudah saatnya dilakukan 'tajdid' (pembaruan)," kata Afifuddin saat Halaqah Nasional Strategi Peradaban NU di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, Senin (29/1/2024).

Baca Juga

Afifuddin menuturkan, dalam sebuah hadist Nabi disebutkan bahwa setiap penghujung 100 tahun sekali Allah SWT bakal memunculkan sosok pembaharu terhadap ajaran agamanya.

Menurut dia, hadits tersebut tidak sekadar ditujukan untuk pembaruan agama, akan tetapi berlaku pula bagi organisasi NU.

"Ini menurut saya tidak hanya berlaku kepada agama Islam secara keseluruhan, akan tetapi juga bagi NU," ujar dia.

Dia menyebut bahwa konsentrasi PBNU menyelenggarakan "Halaqah Fikih Peradaban" di seluruh wilayah di Indonesia menjadi salah satu bentuk pembaruan atau "tajdid".

"Mungkin konsentrasi PBNU dengan yang namanya fikih peradaban itu merupakan salah satu bentuk daripada 'tajdid', pembaruan," kata dia.

Menurut pandangannya, Afifuddin menjelaskan bahwa ada tiga makna pembaruan NU yang pertama adalah mengembalikan ke tujuan awal dibentuknya NU. "Mengembalikan NU sebagaimana awal dia dilahirkan, seperti apa kondisinya NU saat itu, dikembalikan," kata dia.

Baca juga: Ingin Segala Urusan Dipermudah Allah SWT? Baca Doa dari Alquran Berikut Ini

Kedua, lanjut dia, pembaruan bermakna menghidupkan perkara yang sudah tidak lagi berdaya. "Barangkali ada elemen-elemen yang sudah tidak berdaya dalam NU, (maka) perlu dihidupkan," kata dia.

Terakhir, menurut dia, pembaruan adalah memperbaiki hal yang sudah dianggap tidak baik. "Alhamdulillah sudah ada gagasan fikih peradaban ini. Sudah barang tentu yang dimaksud peradaban di sini adalah peradaban Islam atau 'Al Hadharah Al Islamiyah'," kata dia.

Selain Kiai Afif, halaqah yang dipandu Prof Ismail Fajri Alatas ini juga diisi pemaparan oleh Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, H Muhammad Cholil dari COO Center for Shared Civilizational Values, North Caroline, Amerika Serikat), dan Prof Robert W Hefner dari Universitas Boston, Amerika Serikat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement