Oleh: Yadi Mulyadi*
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- H Abdul Rochman atau yang lebih popular disapa dengan panggilan Cak Adung merupakan pria kelahiran Jombang pada 20 Februari 1975. H Abdul Rochman dikenal sebagai sosok pribadi yang ramah, santun, bersahaja, dan humanis dalam tiap menjalin interaksi sosial baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa pria asal Jombang ini memiliki sifat pribadi yang baik dan ramah terhadap sesama.
Awal-mulanya H Abdul Rochman sebagai santri cilik yang digembleng pada pendidikan non-formal di lingkungan keluarganya dan melanjutkan ke pendidikan formal, yaitu MIN Kauman Utara di Jombang. Kemudian, ia melanjutkan studinya ke tingkat menengah, yaitu di MTsN Denanyar Jombang.
Atas keteguhannya dalam mencari ilmu pengetahuan tak pernah surut, ia meneruskan kembali di MAN 1 Jember dan melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi pada Fakultas Ushuluddin di IAIN Syarif Hidayatullah yang sekarang berubah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Cak Adung tumbuh dan berkembang hingga dewasa dalam sosio-cultural dalam nuansa yang berbasiskan keislaman yang kental Jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU) baik dalam lingkungan keluarga maupun saat ia menempuh studi menjadi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Cak Adung merupakan mahasiswa yang aktif di berbagai organisasi internal Kampus maupun eksternal Kampus.
Selama H Abdul Rochman menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang biasa disapa, Cak Adung, ia pernah menjadi Senat Mahasiswa, Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islalm Indonesia (PMII) Cabang Ciputat, termasuk pernah terlibat secara pro-aktif dalam Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi NU) sebagai ketua dewan pengurus.
Kini, Cak Adung terlibat aktif dalam kepengurusan pada Pimpinan Pusat GP Ansor sebagai Sekretaris Jenderal. Selain itu, Cak Adung juga sudah sejak lama memiliki pengamalan yang luar biasa, salah satunya melakukan pergumulan dalam keterlibatannya pada Organisasi-organisasi NGO atau CSO, di antaranya, Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) tahun 2005-2006 dan Direktur Eksekutif Institute for Social Institutions Studies.
Selain itu, ia tercatat pernah aktif Sebagai kader sekaligus Jam’iyah Nadhlatul Ulama (NU) yang memiliki kompetensi unggul, H Abdul Rochman pernah mengemban Amanah di Pimpinan Pusat GP Ansor sebagai Ketua Bidang Kaderisasi pada 2011-2015.
Secara empiris, pengalaman yang ia miliki tentu akan berdampak pada kepemimpinanya yang semakin matang, terlebih ia dikenal sebagai sosok santri yang memegang teguh ajaran Islam ahlus sunnah wal jama’ah.
Oleh karena itu, H Abdul Rochman sudah tentu akan mengaktualisasikan nilai dan norma dalam aspek politik dan pemerintahan, yang sudah ia pelajari selama di Pondok Pesantren. Sebagai seorang santri dan Jam’iyah Nadhlatul Ulama (NU), H Abdul Rochman memiliki komitmen yang luhur terhadap kebangsaan dan keislaman.
Baca juga: Tiba-Tiba Terbangun Tengah Malam dan Ingin Meneruskan Tidur, Baca Doa Rasulullah SAW Ini
Tak ayal, jika dirinya selalu dipercaya untuk memimpin suatu organsisasi. Kepercayaan yang diberikan publik kepadanya dilandasi karena rekam jejak (track record) yang dimilikinya, seperti kepemimpinan, integritas, kompetensi, dan kapabilitas.
Keterlibatannya dalam berbagai organisasi mencerminkan bahwa sosok H Abdul Rochman memang memiliki kepedulian yang tinggi terhadap Pendidikan. Wajar saja jika ia memiliki peluang besar yang dapat mengakselerasi kepentingan publik, terutama saat dirinya akan menjadi anggota parlemen.
H Abdul Rochman saat ini sebagai Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat GP Ansor akan bertransformasi untuk Negeri dalam kompetisi politik pada daerah pemilihan Banten I yang mencakup wilayah Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang. Dan Partainya pun masih ada irisan dengan Nahdhtul Ulama (NU), yaitu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan nomor urut 2.
Kontestasi politik yang dilakukan H Abdul Rochman dalam Pemilu 2024 tentunya dimaknai sebagai jihad politik untuk terus melakukan transmisi nilai dan norma yang sudah ia pelajari selama di pondok pesantren dan organisasi. Selama meniti perjalanan karier dalam berbagai organisasi-organisasi tampaknya ia sudah matang dan cakap dalam memimpin pada wilayah yang lebih besar, yaitu sebagai anggota parlemen.