REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Zainal Abidin radhiyallahu ‘anhu adalah seorang cicit Nabi Muhammad SAW. Ia adalah satu-satunya anak lelaki Husain bin Ali bin Abi Thalib yang selamat dari Tragedi Karbala. Ketika peristiwa nahas itu terjadi, sosok yang lahir dengan nama Ali itu masih berusia 13 tahun.
Para ulama salaf sangat menghormatinya. Banyak generasi sezaman dan sesudahnya yang mengambil hadis Nabi darinya.
Imam al-Zuhri berkata mengenai sang cicit Nabi, “Aku tidak melihat seorang pun (pada masanya) yang lebih paham agama dibandingkan dirinya (Ali Zainal Abidin).”
Ada beragam kisah yang menunjukkan keteladanan Sayyidina Zainal Abidin. Ibnu Katsir dalam kitab Al-Bidayah wa an-Nihayah menuturkan salah satu cerita tersebut.
Pada masa ketika Zainal Abidin sudah berusia paruh baya dan menetap di Madinah, penduduk setempat sering kali menemukan fenomena yang "janggal."
Tiap pagi, mereka mendapati sekarung terigu dan pelbagai bahan pokok ada di depan pintu rumah-rumah fakir miskin. Pada karung terigu itu, terdapat tulisan "Sedekah ini dari hamba Allah untukmu."
Bertahun-tahun, orang-orang Madinah tidak mengetahui siapa gerangan dermawan yang misterius ini. Sampai ketika, Zainal Abidin wafat. Alim yang berjulukan as-Sajjad itu wafat pada 25 Muharram 95 H—sekitar 713 M.
View this post on Instagram
Betapa sedihnya kaum Muslimin kala itu melepas kepergiannya. Lautan manusia mengiringi pemakamannya di Madinah.
Sebelum hendak dishalatkan, jenazah almarhum dimandikan oleh orang-orang terdekat. Menurut Ibnu Harits, sebagaimana dikutip Ibnu Katsir, beberapa kerabat yang memandikan jenazah terkejut.
Sebab, mereka mendapati adanya bekas hitam pada punggung Zainal Abidin. Bentuknya menyerupai bekas luka lebam, seolah-olah almarhum pernah dipukul orang.
“Luka apa ini?” tanya mereka.
Ini nyaris saja menjadi sebuah keributan kecil. Untunglah, seorang tua renta yang bertahun-tahun menjadi tetangga almarhum Zainal Abidin segera ke ruangan tempat memandikan jenazah.
Sang tetangga pun mengungkapkan kesaksiannya, "Ketahuilah bahwa ini adalah bekas dari amalannya."
Orang-orang masih keheranan. Ia lalu melanjutkan penuturannya.