Pernyataan UE pada Kamis, yang tidak menyebutkan konflik di Timur Tengah, melainkan mengacu pada konteks geopolitik saat ini, muncul seminggu setelah partai sayap kanan anti-Islam Geert Wilders menjadi partai terbesar di Belanda sehingga menimbulkan ketakutan di antara banyak umat Islam di negara ini.
Shada Islam, seorang analis dan komentator yang berbasis di Brussels, menggambarkan pernyataan tersebut sebagai langkah kecil namun sangat dibutuhkan untuk memerangi rasisme di seluruh Eropa.
“Bagi seseorang seperti saya yang telah lama menggarisbawahi bahwa Muslim adalah warga negara Eropa dan tidak boleh diperlakukan seperti 'orang luar' permanen namun sebagai kontributor utama bagi perekonomian, kemakmuran, budaya, dan masa depan UE,” tulisnya di media sosial.
BACA JUGA: Surat Yasin Lengkap 83 Ayat Arab, Latin, dan Terjemahan
Pernyataan tersebut mengakui hal tersebut merupakan sebuah terobosan besar. Setidaknya beberapa pengambil kebijakan Uni Eropa 'sangat prihatin dengan perkembangan tersebut dan menyatakan solidaritas dengan sesama warga Muslim'.
Sehari sebelumnya, LSM Human Rights Watch menunjukkan keprihatinan mendalam atas meningkatnya antisemitisme dan kebencian anti-Muslim di Eropa.
“Namun tanggapan pemerintah Uni Eropa masih bersifat parsial dan tidak efektif, sebagian karena mereka kekurangan data anti-diskriminasi dan strategi perlindungan yang memadai untuk mengatasi pengalaman diskriminasi sehari-hari yang dihadapi oleh orang-orang Yahudi dan Muslim,” katanya.