REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Dewan Perwakilan Rakyat Yordania dengan suara bulat memilih untuk meninjau perjanjian dengan Israel atas serangan tanpa pandang bulu yang berkelanjutan di Jalur Gaza. Serangan-serangan itu telah menyebabkan puluhan ribu warga sipil di Gaza meninggal dunia.
Parlemen Yordania pada Senin (13/11/2023), dengan suara bulat memilih meninjau kembali perjanjian yang ditandatangani dengan Israel. Kerajaan tersebut ingin mengambil tindakan yang lebih konkret terhadap genosida Israel di Gaza, yang sekarang berada di hari ke-39.
Ketua Parlemen Ahmad al-Safadi meminta Komite Hukum di Dewan Perwakilan Rakyat, majelis rendah Yordania meninjau perjanjian dan mempresentasikan rekomendasinya kepada pemerintah. Ini termasuk ulasan tentang perjanjian damai 1994 dengan Israel dan kesepakatan gas 2016 yang kontroversial yang melibatkan Israel.
Menteri Luar Negeri Ayman al-Safadi mengatakan melakukan semua yang bisa untuk mengakhiri perang di Gaza. "Kami melakukan semua yang kami bisa, dan segala sesuatu yang dapat berkontribusi untuk mengakhiri perang, membawa bantuan ke Gaza, mencapai gencatan senjata, dan melindungi warga sipil, dan kami akan mengambil semua langkah yang berkontribusi untuk mencapai itu," katanya, dilansir dari New Arab, Rabu (15/11/2023).
Hubungan antara Israel dan Yordania tegang dalam beberapa tahun terakhir, karena agresi Israel yang sedang berlangsung terhadap Palestina di Tepi Barat dan Gaza. Yordania memanggil duta besarnya untuk Israel awal bulan ini untuk memprotes pengeboman membabi-buta di Jalur Gaza.
Serangan tersebut menargetkan sekolah dan rumah sakit sejak 7 Oktober. Sebanyak lebih dari 11 ribu orang, kebanyakan wanita dan anak-anak gugur.
Yordania juga sangat menentang dugaan rencana mengusir orang-orang Palestina dari Tepi Barat yang diduduki ke Yordania, dan dari Jalur Gaza ke Sinai Mesir. Yordania mengatakan akan menganggap ini sebagai kejahatan perang.
Israel telah bersumpah untuk memusnahkan Hamas sebagai tanggapan atas serangan 7 Oktober, yang menurut otoritas Israel menewaskan 1.200 orang. Hamas juga menyandera lebih dari 240 orang.
Ada kemarahan global yang berkembang atas serangan pembalasan Israel di Gaza. Serangan Israel telah membunuh warga sipil daripada pejuang Hamas dengan meningkatnya seruan untuk gencatan senjata segera.