Selasa 07 Nov 2023 23:36 WIB

Gandeng Rahim, LBM NU DKI Jakarta Gelar Doa Bersama untuk Perdamaian Dunia 

Isu Palestina adalah isu kemanusiaan bukan perang antaragama

Rep: Muhyiddin / Red: Nashih Nashrullah
Warga berjalan kaki saat melakukan evakuasi di Jalur Gaza Utara, Ahad (5/11/2023). Isu Palestina adalah isu kemanusiaan bukan perang antaragama
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Warga berjalan kaki saat melakukan evakuasi di Jalur Gaza Utara, Ahad (5/11/2023). Isu Palestina adalah isu kemanusiaan bukan perang antaragama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— LBM PWNU DKI Jakarta bersama RAHIM (Rumah Ibrahim) The Ibrahim Heritage Study Center For Peace dan para tokoh lintas agama baik di dalam maupun luar negeri mengadakan acara “Diskusi dan Doa Bersama Untuk Perdamaian Dunia” pukul 18.30—22.30 WIB.

Hadir sebagai narasumber yang memberikan pandangan dan doa yaitu Ustadz Fazlur Rahman Bin Kamsani, Rabbi Yaakov Baruch, KH Asnawi Ridwan, Niruban Balachandran, Kiai Mohammad Khairon, Monique Rijkers, KH Sapri Sale, Elisheva Stross, Kiai Jamaluddin Mohammad, Kiai Achmat Hilmi, dan Ustadz H Eji. Acara dipandu host KH Roland Gunawan, dan dimoderatori oleh KH Mukti Ali Qusyairi.

Baca Juga

Kiai Roland menjelaskan bahwa tujuan diadakannya diskusi dan doa bersama untuk perdamaian dunia adalah untuk berbagi rasa, berbagi kegelisahan, dan berbagi keprihatinan atas fenomena konflik dan perang belakangan ini. 

“Perang dan konflik berdarah harus segera diakhiri, sebabnya bukan semata-mata banyaknya korban yang berjatuhan, tetapi dapat menimbulkan konsekuensi yang lebih serius, yaitu sentimen keagamaan yang bisa memicu terjadinya konflik-konflik lain yang lebih besar di masa depan, padahal perang kali ini tidak ada kaitannya dengan agama,” kata dia. 

Ketua LBM PWNU DKI Jakarta, KH Mukti Ali Qusyairi, mengatakan dunia semakin mengeras dan perang ada di mana-mana, Rusia vs Ukraina, Israel vs Hamas, Arab Saudi vs Yaman, dan lainnya. Karena itu pertemuan antaragama untuk berdiskusi dan doa bersama untuk perdamaian dunia sangat relevan dilaksanakan. 

Ustadz Fazlur Rahman Bin Kamsani dari Middle East Institute dan dan Kembangan-Chai Chee Harmony Circle, Singapura menjelaskan pengalaman Singapura dalam merespons konflik.

Dia mengatakan, aapabila berlaku konflik berunsur agama di luar negeri, pemerintah Singapura berwaspada supaya tidak mempengaruhi rakyat tempatan daripada melibatkan diri untuk membenci agama lain. 

Seperti apa yang berlaku di konflik Gaza-Israel, pemerintah Singapura mementingkan prinsip kemanusian dan undang-undang Antarabangsa. 

“Ini dapat dilihat apabila Singapura menyokong Resolusi PBB yang terbaru ini. Singapura juga menyokong semua Resolusi PBB memihak kepada Palestina,” kata dia,

Dia menjelaskan dalam usaha kemanusian untuk Gaza, saya bersama lebih 100 wakil berbilang agamadan& masyarakat membungkus sebanyak delapan ton antuan keperluan bagi masyarakat di sana. 

Di samping ini, kata dia, lebih 4,6 juta dollar AS telah dikumpulkan  Yayasan Rahmatan Lil Alamin (RLAF) bagi membantu masyarakat terdampak oleh konflik Israel-Palestin di Gaza. 

RLAF adalah di bawah naungan Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS) dan dana yang diterima datang daripada rakyat Singapura yang beragam bangsa dan agama. 

Baca juga: Pesan Nabi Muhammad SAW untuk Saudara-Saudara Kita di Palestina

 

“Ini menunjukkan bahawa kami di Singapura prihatin dengan kesengsaraan kemanusian dan akan membantu bersama tidak melihat perbedaan bangsa atau agama. Selama ini pemerintah Singapura juga membantu latihan dalam bidang  pemerintahan untuk pegawai-pegawai Palestina dengan dana 10 juta dollar AS.”

Rabbi Yaakov Baruch selaku pemimpin Synagogue Shaar HaShamayim di Minahasa mengatakan aat ini bukanlah perang antar-Muslim dan Yahudi sehingga pihaknya berharap peristiwa ini tidak akan mempengaruhi hubungan baik antara umat Yahudi dan umat Muslim di Indonesia. Karena apa yang terjadi tidak bisa dibenarkan dari sisi ajaran agama apapun. 

“Kami berharap agar kiranya kedua belah pihak bisa menahan diri supaya tidak lagi menambah jumlah korban yang berjatuhan baik di pihak Israel maupun juga di pihak warga Palestina di Gaza,” tutur Yaakov.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement