Ahad 15 Oct 2023 11:25 WIB

Dorong Gerakan Revolusi Mental, Kemenko PMK-Muhammadiyah Tanam 10 Juta Pohon

Aksi menanam 10 juta pohon pada empat wilayah di Indonesia dilakukan dalam rangka int

Sebagai salah satu wujud internalisasi Gerakan Nasional Revolusi Mental, aksi tanam pohon dilakukan Kemenko PMK bekerja sama dengan Muhammadiyah.
Foto: Muhammadiyah
Sebagai salah satu wujud internalisasi Gerakan Nasional Revolusi Mental, aksi tanam pohon dilakukan Kemenko PMK bekerja sama dengan Muhammadiyah.

REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Republik Indonesia bersama dengan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah bakal mewujudkan aksi penghijauan. Menurut Ketua Koordinator Tim Kerja Revolusi Mental Muhammad Sofyan, targetnya ialah menanam 10 juta pohon di empat wilayah di Indonesia.

Jember, Jawa Timur, menjadi salah satu lokasi yang ditarget program penghijauan dalam rangka internalisasi Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) ini. Lokasi persisnya ialah Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah 1 atau Mudisa.

Baca Juga

"Ada empat daerah yang kami gelar program (tanam 10 juta pohon) ini pada tahun ini. Jember menjadi salah satunya," ujar Muhammad Sofyan, dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (14/10/2023) malam.

Keempat daerah yang dimaksud adalah Jember (Jawa Timur), Kota Serang (Banten), Kota Palangka Raya (Kalimantan Tengah), dan Kota Tegal (Jawa Tengah). Wakil Bendahara I Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) PP Muhammadiyah itu menjelaskan, aksi tanam pohon tersebut tak lain merupakan bagian dari program GNRM Kemenko PMK.

"Tema yang diusung kali ini adalah 'Internalisasi Gerakan Nasional Revolusi Mental dan Keadaban Digital melalui Penguatan Toleransi.'" ujarnya.

Muhammadiyah menjadi salah satu organisasi keagamaan yang digandeng pemerintah dalam sosialisasi GNRM pada tahun ini. Selain persyarikatan tersebut, ada pula organisasi-organisasi lain yang berkolaborasi dengan Kemenko PMK, semisal Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), dan Forum Rektor. Beragamnya pihak yang diajak itu menunjukkan, negara merangkul seluruh elemen masyarakat untuk lebih memahami dan menerapkan Revolusi Mental.

Khususnya bagi Muhammadiyah, Sofyan menambahkan, aksi tanam 10 juta pohon itu juga bermanfaat untuk mendata dan telusuri (follow-up) lahan-lahan milik Muhammadiyah yang selama ini terbengkalai. Tanah-tanah itu akan diberi bibit oleh Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) untuk penghijauan dilakukan.

Sekretaris PP Muhammadiyah Izzul Muslimin mengatakan, kolaborasi antara Kemenko PMK dan Persyarikatan tidak hanya berkaitan dengan aksi tanam 10 juta pohon. Pihaknya juga bekerja sama terkait program-program khusus lainnya.

Pertama, pelatihan pencegahan intoleransi dan keadaban digital, yang di dalamnya juga ada lomba Tiktok untuk para pelajar. Program keadaban digital ini, Izzul melanjutkan, diadakan sebagai wujud peran Muhammadiyah dalam ikut mencegah efek negatif "banjir informasi" di internet. Ia mengingatkan, Muktamar Muhammadiyah lalu telah menggariskan, pentingnya peran Persyarikatan untuk turut memberikan pencerahan kepada umat terkait adab di dunia digital.

"Dengan demikian, masyarakat diajak untuk tetap menggunakan media digital ke arah yang positif. Terlebih, belakangan ini cukup banyak masalah sosial yang berawal dari persoalan-persoalan yang mengemuka di dunia digital. Misal, munculnya ujaran kebencian di percakapan media sosial dan semua akan berhubungan dengan UU ITE,” ujarnya.

Program yang kedua adalah mencetak naskah khutbah Jumat untuk disebarkan ke berbagai wilayah di Indonesia. Tujuannya agar para dai bisa lebih memasifkan pesan-pesan moral, khususnya pada momen kini yang kian mendekati tahun politik 2024.

Izzul menegaskan, hal itu pula yang dibicarakan saat jajaran PP Muhammadiyah bersilaturahim dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) beberapa waktu lalu. Muhammadiyah dan NU berkomitmen untuk mengajak masyarakat, terutama dari sisi moral, agar selalu mengedepankan persatuan dan tidak terseret pada perpecahan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement