Kamis 12 Oct 2023 13:16 WIB

Bahagia Yahudi Zionis Menyaksikan Turki Utsmani Runtuh

Yahudi zionis paling menikmati kehancuran Turki Utsmani.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Erdy Nasrul
Massa menginjak bendera Israel, saat peringatan Hari Al Quds Internasionak di Baghdad, Irak, Jumat (14/4/2023).
Foto:

Pemerintahan baru yang dibentuk Komite Persatuan dan Kemajuan, dibuat pada Juni 1913. Kemudian, seorang Arab, Suleiman Al-Bustani, turut berpartisipasi di dalamnya, meskipun orang Arab adalah setengah dari populasi Kesultanan Ottoman pada saat itu. 

Mereka, para pengkudeta itu, kemudian melonggarkan pembatasan imigrasi Yahudi ke Palestina, dan juga melonggarkan pembatasan kepemilikan tanah oleh orang Yahudi di sana. Dalam situasi ini, rakyat Palestina kaget dan khawatir. Mereka melihat negara yang selama ini peduli pada mereka berbalik menjadi tidak peduli pada mereka, atau dengan kata lain, bersekongkol melawan Palestina. 

Karena itulah, kesetiaan rakyat Palestina terhadap Kesultanan Turki Utsmani pun goyah. Sebagai gantinya, orang-orang Palestina merasa cemas, marah, dan bertekad menuju kepemimpinannya. 

Di fase runtuhnya Turki Utsmani ini, Inggris menunjukkan dukungannya terhadap pendirian negara Arab di Timur Arab, dengan Palestina yang akan masuk ke dalam wilayah tersebut. Inggris kemudian mengeluarkan Deklarasi Tujuh Suriah pada Juni 1918, dan deklarasi Anglo-Prancis pada November 1918. 

Mereka semua menyadari kemerdekaan bangsa Arab dan pemerintahan mereka sendiri, dan imigrasi Yahudi tidak akan merugikan mereka. Setelah itu terbit Perjanjian Sykes-Picot dan Deklarasi Balfour. 

Sejak Deklarasi Balfour dikeluarkan, imigrasi orang Yahudi dari seluruh dunia ke Palestina meningkat, dan orang Yahudi mulai membeli tanah Palestina yang pada awalnya untuk membangun pemukiman Yahudi. Hingga akhirnya masalah tersebut berkembang menjadi perampasan tanah Palestina di bawah perlindungan Inggris. 

Menjelang runtuhnya Ottoman, jumlah orang Palestina dan Arab yang direkrut sebagai tentara Ottoman meningkat. Tentara ini adalah untuk menjadi tentara Syarif Hussein. Perekrutan tak lepas dari Inggris yang mengontak Syarif di Makkah untuk mendorong pemberontakan melawan Ottoman. 

Syarif Hussein menghubungi para pemimpin masyarakat Arab untuk bersama-sama terlibat dalam revolusi. Dia mengumumkan revolusinya pada Juni 1916, dan situasi menjadi sangat membingungkan bagi kebanyakan orang. Revolusi menggunakan pembenaran agama Islam, di samping latar belakang Arab, untuk membenarkan peluncurannya. 

Dalam salah satu pamflet, yang dijatuhkan oleh pesawat Inggris untuk tentara Arab yang berada di pihak Ottoman, tertulis bahwa Syarif menyampaikan, "Ayo, bergabunglah dengan kami yang berjuang demi agama dan kebebasan orang Arab, sehingga Kerajaan Arab Saudi menjadi sama seperti pada zaman nenek moyang Anda." 

Namun pada Juni 1918, laporan intelijen militer Inggris di Palestina mengakui, upaya perekrutan menjadi tentara Syarif tidak terlalu berhasil. Sebagian Muslim mengatakan tidak mengerti mengapa mereka harus berjuang untuk memberikan Palestina kepada orang Yahudi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement