Senin 09 Oct 2023 16:31 WIB

22 Fakta Sejarah Konsistensi Hamas Melawan Zionis Israel di Bumi Palestina

Hamas adalah kelompok perlawanan terkuat di Gaza Palestina

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Pejuang brigade Izzuddin Al-Qassam. Hamas adalah kelompok perlawanan terkuat di Gaza Palestina
Foto:

15. Pada 1967, pecah Perang Enam Hari antara aliansi Mesir, Suriah serta Yordania di satu pihak dan Israel di pihak lain. Lagi-lagi, bangsa Arab menelan kekalahan. Keterpurukan Arab dalam palagan ini menandakan babak baru PLO. Sejak itu, spirit nasionalisme Pan-Arabisme cenderung ditinggalkan. Perjuangan untuk memerdekakan Palestina didorong dari nasionalisme bangsa Palestina itu sendiri, bukan lagi “Arab bersatu.”

16. Momentum ini dimanfaatkan Harakat at-Tahrir al-Filasthini (Fatah). Gerakan itu dilahirkan tokoh-tokoh Palestina di Kuwait pada 1959. Semangat awalnya ialah mempersatukan seluruh diaspora Palestina, termasuk kaum akademisi, pekerja, aktivis, maupun keturunan pengungsi. Yasser Arafat tampil menjadi pemimpin faksi mayoritas di PLO tersebut.  

17. Awalnya, Fatah memprioritaskan cara-cara gerilya bersenjata. Inspirasinya datang dari gelombang perjuangan dekolonialisasi banyak negara Dunia Ketiga, semisal Aljazair atau Kuba, kala itu. Dalam menjalankan perjuangannya melawan Israel, Fatah mulanya disokong pemerintah Yordania dan Lebanon.

18. Namun, Fatah kemudian dianggap sebagai gangguan dalam negeri masing-masing. Hingga akhirnya, pada 1974 Yasser Arafat mulai memprioritaskan jalur politik dan diplomasi, alih-alih terus mengandalkan perjuangan bersenjata.

Perubahan sikap Fatah ini direspons PNC, yang saat itu sudah membentuk pemerintah pengasingan (government in exile) Palestina terbentuk di Tunisia. Gagasan solusi dua negara mulai dipertimbangkan. Visi gagasan ini, Palestina dan Israel bisa hidup berdampingan sebagai dua negara yang sama-sama berdaulat. Batas-batas yang dimaklumi berdasarkan demarkasi pra-Perang 1967. Dengan demikian, wilayah Palestina Merdeka akan meliputi Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Gaza.

19. Bertempat di Aljir, Yasser Arafat membacakan teks Proklamasi Palestina pada 15 November 1988. Yerusalem ditetapkan sebagai ibu kota Palestina. Pada April setahun berikutnya, pria yang selalu tampil dengan keffiyeh khas ini terpilih menjadi presiden pertama negara tersebut.

Baca juga: Mengapa Kita Mesti Mencintai Nabi Muhammad SAW? Ini 12 Alasannya yang Rasional

20. Periode sejak usainya Perang 1967 dan 1970 diwarnai banyak peristiwa. Yang jelas, dalam rentang waktu tersebut para simpatisan Ikhwanul Muslimin di Palestina tidak hanya bergabung dalam militer dan politik dengan faksi Fatah. Khususnya sejak 1968, mereka gencar membangun basis keagamaan, sosial dan pendidikan masyarakat Palestina. Caranya dengan mendirikan masjid-masjid dan madrasah-madrasah. 

Buah manisnya dipetik pada 1970-an. Banyak pemuda didikan Ikhwanul Muslimin yang sukses menempuh studi di pelbagai kampus luar negeri, seperti Mesir, Yordania, Suriah, atau Irak. Begitu lulus, dengan tekad memajukan tanah airnya, mereka mendirikan banyak sekolah untuk rakyat di Palestina. Pelbagai yayasan pun berdiri untuk mengurus zakat, pembangunan masjid, perpustakaan, dan sebagainya. 

21. Salah satunya adalah Pusat Keislaman atau Mujma’ al-Islamiyyah yang diinisiasi seorang aktivis Ikhwanul Muslimin Palestina di Gaza pada 1973. Nama sang inisiator, Ahmad Ismail Hasan Yasin, di kemudian hari dikenang sebagai tokoh penting dalam sejarah perjuangan Palestina. Sebab, dialah yang akhirnya mendirikan Hamas. 

22. Hamas memiliki antara 10 ribu sampai 20 ribu pejuang. Pada  2009, International Crisis Group memperkirakan kekuatan Brigade Qassam, sayap bersenjata Hamas, antara 7 ribu dan 10 ribu.

Tetapi perkiraan terbaru mengatakan pejuang kelompok itu bisa mencapai hampir 40 ribu. Jihad Islam, kelompok bersenjata lain yang didukung oleh Iran, memiliki pejuang di wilayah antara 8 ribu sampai 9 ribu.       

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement