Senin 09 Oct 2023 16:31 WIB

22 Fakta Sejarah Konsistensi Hamas Melawan Zionis Israel di Bumi Palestina

Hamas adalah kelompok perlawanan terkuat di Gaza Palestina

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Pejuang brigade Izzuddin Al-Qassam. Hamas adalah kelompok perlawanan terkuat di Gaza Palestina
Foto:

Bachtiar mengatakan, Ikhwanul Muslimin termasuk gerakan di Arab yang pertama kali memperlihatkan perhatian serius terhadap masalah Palestina. 

5. Pada 1935, Hasan al-Banna mengutus unsur-unsur pimpinan Ikhwanul Muslimin, yakni Muhammad As’ad al-Hakim dan Abdurrahman al-Banna ke Palestina. Tujuannya untuk menjajaki kemungkinan apa saja yang bisa dilakukan organisasi tersebut di sana. 

Kira-kira setahun kemudian, cabang IM di Palestina terbentuk. Awalnya, kantor cabang tersebut berada di Haifa, tetapi kemudian berpindah ke Gaza. Kepindahan itu atas usulan Ayash Umairah yang memandang perlunya konsolidasi atas kelompok-kelompok kecil simpatisan Ikhwanul Muslimin.

6. Sejak awal 1930-an, mereka tersebar dari Yafa hingga Yerusalem. Dalam jangka waktu beberapa tahun, puluhan ranting Ikhwanul Muslimin berdiri di banyak daerah se-Palestina. Jumlah anggotanya terus menanjak hingga sekira 20 ribu orang pada saat Hari Nakbah terjadi. Semuanya patuh pada arahan dari markas pusat IM di Kairo, Mesir. 

7. Hingga periode 1940-an, IM sangat dekat dengan pergerakan Palestina yang dimotori Syekh Izzuddin al-Qassam. Beberapa tahun sebelumnya, pejuang Palestina itu mendirikan Jam’iyyat asy-Syubban al-Muslimin dengan tujuan mengusir imperialisme Inggris dan pendudukan bangsa Yahudi dari Palestina. Dialah yang memulai seruan pergerakan bersenjata dalam melawan kolonialisme di Bumi al-Quds.

8. Tahun 1948 menjadi tonggak penting dalam sejarah penjajahan yang dilakukan Zionis. Pada 14 Mei 1948, Britania Raya secara resmi mengakhiri mandatnya di Palestina. Pada hari yang sama, Dewan Nasional Yahudi di Tel Aviv mengumumkan proklamasi negara Yahudi Israel (Eretz-Israel). Hanya berselang beberapa jam kemudian, Amerika Serikat (AS) mengakui secara de facto “negara” baru itu.  

9. Keesokan harinya, 15 Mei 1948, koalisi militer negara-negara Arab menyerbu Israel. Mereka datang dari pelbagai penjuru, seperti Mesir, Transyordania, Iran, dan Lebanon. Kira-kira sembilan bulan lamanya aliansi Arab bertempur melawan Zionis, yang didukung negara-negara adidaya. 

10. Dalam Perang Arab-Israel 1948, tutur Bachtiar, tidak hanya Ikhwanul Muslimin Palestina yang terjun ke medan perjuangan. Cabang-cabang Ikhwanul Muslimin di pelbagai negeri Arab, seperti Transyordania, Suriah, dan Irak, pun turut serta.

Adapun para anggota Ikhwanul Muslimin dari Mesir bergabung menjadi prajurit sukarela dalam pasukan militer yang dikirim pemerintah Mesir ke Israel. Dari Negeri Piramida, sebanyak tiga batalion pasukan sukarela Ikhwanul Muslimin dipimpin Ahmad Abdul Aziz. 

photo
Israel terus melakukan aneksasi di Tepi Barat dengan menghancurkan rumah dan kendaraan milik warga Palestina. - (Tim Infografis Republika.co.id)

11. Namun, pada tahun yang sama di Mesir mulai merebak rumor-rumor tentang Ikhwanul Muslimin. Organisasi ini dituding hendak menggulingkan pemerintahan yang sah. Perdana menteri Mesir saat itu, Mahmoud El Nokrashy Pasha, lalu membekukan aktivitas gerakan tersebut di seluruh negeri. Kurang dari tiga pekan kemudian, sang perdana menteri ditembak oleh seorang simpatisan Ikhwanul Muslimin. 

Kejadian nahas itu membuat rezim setempat memusuhi Hasan al-Banna dan para pendukungnya. Bahkan, pada 12 Februari 1949, sang perintis Ikhwanul Muslimin dibunuh seseorang yang diduga merupakan anggota biro intelijen Mesir. Dalam situasi demikian, cabang Ikhwanul Muslimin di Palestina pun terimbas.

12. Akan tetapi, tokoh-tokohnya tidak berniat menghentikan perjuangan. Mereka lantas mendirikan Jam’iyyah at-Tauhid. Organisasi ini tidak hanya berfokus pada jihad dengan persenjataan dalam melawan Zionis, tetapi juga melakukan gerakan-gerakan dakwah dan pendidikan. Semuanya sevisi dengan IM, sebagaimana dicanangkan Hasan al-Banna.  

Organisasi ini tidak hanya berfokus pada jihad dengan persenjataan melawan Zionis, tetapi juga melakukan gerakan dakwah dan pendidikan.

Baca juga: Alquran Sebut Ada Makhluk Hidup di Luar Angkasa, tapi Apakah Alien? Ini Kata Prof Quraish

13. Usai Perang 1948, Israel tidak cuma memetik kemenangan. Entitas Zionis ini mendapatkan pengakuan dari AS dan Uni Soviet—dua kekuatan adidaya kala itu. Bahkan, PBB menerima Israel sebagai anggotanya pada 11 Mei 1949 walaupun tetap enggan mengesahkan zona pendudukan Yahudi atas Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur. Dukungan untuk Palestina terutama datang dari negara-negara Dunia Ketiga, yakni yang berada nonblok alias di luar polarisasi AS-Uni Soviet.

14. Sejak 1956, tampil Gamal Abdel Nasser sebagai pemimpin Mesir. Sang pengusung nasionalisme Arab itu mendukung terbentuknya Liga Arab. Pada Mei 1964, Dewan Nasional Palestina (PNC) bersidang di Yerusalem untuk merealisasikan rencana Liga Arab. Organisasi Pembebasan Palestina atau Palestine Liberation Organization (PLO) pun dideklarasikan pada 2 Juni berikutnya. PLO mendapatkan dukungan sepenuhnya dari Nasser.  

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement