Oleh : Dr Yanuardi Syukur, Pengurus Komisi HLNKI MUI dan Peneliti Center for Strategic Policy Studies (CSPS) SKSG UI
Politisi kelahiran Cherok Tok Kun, Bukit Mertajam, Pulau Pinang tersebut juga mengajarkan satu hal: kekuatan jiwa. Kekuatan inilah yang menggerakkan para pejuang kita di masa lalu untuk melawan penjajah demi menegakkan marwah sebagai manusia dan komunitas.
Jiwa yang kuat adalah kunci, dan itulah yang membuat nama-nama tokoh kita masih harum; Bung Karno, Bung Hatta, Sjahrir, Natsir, Hamka, dan tokoh-tokoh perempuan luar biasa seperti Malahayati, Rasuna Said, Kartini, dan lain sebagainya. Pada jiwa yang kuat terhadap masa depan yang cerah.
Anwar juga bercerita tentang pentingnya iman dan pengetahuan. Keduanya adalah kesatuan, tidak terpisahkan, bahkan perlu hadir dalam satu tarikan nafas kita. Kita beriman kepada Allah SWT, dan konsekuensinya kita belajar memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan. Setelah dapat pengetahuan, kita berbagi kepada sesama untuk mencerahkan masyarakat kita.
Saat dipenjara, Anwar memilih untuk menghafal Alquran, hadits, dan membaca buku. Teman-temannya dari seluruh dunia mengirimkannya buku, dan dia baca selahap-lahapnya.
Maka, jika kita dengar ceramah Anwar kita akan dapat berbagai nama penulis besar seperti sejarawan Prancis Alexis de Tocqueville hingga filsuf Pakistan Muhammad Iqbal yang karyanya berpengaruh di dunia. Membaca karya orang besar sangat berguna untuk melatih pikiran kita adalah tidak hanya berpikir buat diri sendiri, akan tetapi berpikir dan bertindak untuk orang banyak.
“Manfaatkanlah waktu dengan tradisi ilmu,” nasihat Anwar ini sangat baik. Saat ini kita hidup dengan gadget, setiap hari kita bangun tidur buka handphone, begitu juga saat mau tidur. Akan tetapi, apakah yang kita baca? Jika membuka Instagram, Twitter (sekarang; X), atau Facebook, apakah yang kita baca dari situ? Maka, teramat sayang waktu digunakan untuk yang sia-sia, yang tidak bermakna. Anwar mengajar kita untuk menggunakan waktu sebaik mungkin, mumpung kita masih muda, masih kuat untuk beraktivitas.
“Ilmu yang bermanfaat untuk rakyat digarap daripada hasil pembacaan buku yang bermutu. Dengan luasnya akses kepada bahan bermutu, kecerdasan dan kematangan sesebuah masyarakat akan meningkat,” demikian kata Anwar suatu ketika.
Baca juga: 14 Keistimewaan Alquran yang Tak Terbantahkan Sepanjang Masa
Satu lagi yang penting kata beliau adalah mencintai keluarga. Anwar adalah pribadi yang sangat dekat dengan istri dan anak-anaknya. Anwar menikahi wanita kelahiran Singapura, Wan Azizah Wan Ismail pada 26 Februari 1980, dan memiliki lima anak perempuan dan seorang anak laki-laki yaitu Nurul Izzah, Nurul Nuha, Mohd Ehsan, Nurul Ilham, Nurul Iman, dan Nurul Hana. Anak sulungnya, Nurul Izzah, mengikuti karier ayahnya menjadi anggota parlemen.
Anwar berpesan kepada kita semua agar mencintai keluarga kita sebaik-baiknya, sebab keluarga itulah yang menjadi penopang terbesar kita, terutama di saat kita berada di masa-masa sulit.
Nasihat Anwar Ibrahim, yang tersurat atau tersirat, sangat inspiratif untuk kita di tanah Melayu, Indonesia dan Malaysia. Kehadiran peserta dari kedua negara tersebut sangat bermakna untuk menguatkan ikatan antara kedua bangsa di tanah Melayu ini dan bagian dari ASEAN.
Presiden Joko Widodo mengibaratkan bahwa di ASEAN ini kita adalah keluarga yang harmonis, kompak, dan berprestasi. Maka, relasi antara Indonesia-Malaysia harus kita tingkatkan, begitu juga dengan keluarga besar negara ASEAN lainnya.