REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Para orang tua yang menentang kurikulum yang mempromosikan LGBTQ+ dalam buku ajar para siswa tidak bisa mengeluarkan anak-anak mereka dari pelajaran di Montgomery County. Hal ini terjadi setelah keluarnya keputusan hakim federal pada Kamis (24/8/2023).
Permintaan tersebut diajukan oleh sekelompok orang tua Montgomery County Public School (MCPS) pada 9 Agustus. Jika permintaan tersebut dikabulkan, perintah awal akan membiarkan para orang tua memilih untuk tidak melibatkan anak-anak mereka dalam membaca buku-buku tertentu di kelas bahasa Inggris, jika buku-buku tersebut bertentangan dengan nilai-nilai agama orang tua.
Namun permintaan tersebut ditolak oleh hakim Pengadilan Distrik Amerika Serikat pada Kamis sore, sehingga semua siswa harus kembali ke sekolah pada Senin (28/8/2023) dan mengikuti pelajaran sebagaimana tercantum dalam kurikulum.
Sekutu LGBTQ+ dan orang tua berunjuk rasa di luar Dewan Pendidikan Montgomery County pada hari Kamis, menyatakan solidaritas dengan rencana pelajaran sistem sekolah.
Termasuk orang tua MCPS seperti Mara Greengrass, yang menjalankan misinya untuk memperkenalkan anak-anaknya pada beragam buku.
“Saya pikir sangat penting untuk melibatkan semua orang, agar anak-anak bisa mengenal orang-orang yang tidak seperti mereka,” katanya dilansir dari NBC Washington, Jumat (25/8/2023).
Pendukung LGBTQ+ percaya bahwa MCPS menganjurkan inklusivitas dalam kurikulum mereka. Hal ini juga yang dikemukakan oleh pengacara MCPS awal bulan ini.
Dalam gugatan tersebut, tiga keluarga menggugat Montgomery County Public Schools (MCPS), dengan mengatakan bahwa distrik sekolah tersebut melanggar undang-undang negara bagian Maryland yang mengizinkan siswa untuk tidak mengikuti pendidikan seks dengan memasukkan buku-buku bertema LGBTQ+.
Baca juga: Cerita Mantan Menkes Lolos dari Maut, Kamar yang Disiapkan untuknya Ditembaki Israel
Sebaliknya, pihak sekolah mengklaim bahwa buku ajar yang mempromosikan LGBTQ+ hanyalah bentuk mengajarkan toleransi kepada para siswa.
Beberapa buku yang menjadi kontroversi ini antara lain "Pride Puppy" yang ditujukan untuk anak-anak prasekolah dan "Uncle Bobby's Wedding" yang ditujukan untuk siswa taman kanak-kanak hingga kelas 5 SD.
Mereka yang melakukan demonstrasi pada hari Kamis untuk mendukung MCPS mengatakan mereka yakin pendekatan ini akan bermanfaat bagi siswa setelah mereka lulus dan memasuki dunia nyata.
“Anak-anak muda kita sekarang tumbuh dengan lebih banyak representasi di media dan di seluruh dunia,” kata Lee Blinder, salah satu ketua Koalisi untuk Sekolah dan Komunitas Inklusif.