Senin 07 Aug 2023 15:11 WIB

Al Baqarah ayat 125: Kedudukan dan Kemuliaan Masjid dalam Islam

Masjid adalah rumah Allah SWT.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
 Al Baqarah ayat 125: Kedudukan dan Kemuliaan Masjid dalam Islam. Foto:  Masjid (ilustrasi)
Foto: Dok Republika
Al Baqarah ayat 125: Kedudukan dan Kemuliaan Masjid dalam Islam. Foto: Masjid (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Masjid adalah rumah Allah swt, tapi bukan berarti dimaknai Allah benar-benar tinggal di dalamnya. Masjid adalah tempat para hambah-Nya bersujud, merendahkan diri di hadapan Allah dengan bersujud ketika shalat.

Begitu juga dengan Ka'bah yang merupakan bangunan suci milik umat Islam dan dijadikan sebagai pusat arah kiblat dari segala penjuru dunia ketika umat Muslim hendak sholat. Letak Ka'bah berada di tengah masjidil Haram di kota Makkah Arab Saudi.

Baca Juga

Disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 125, bahwa Allah menjadikan Ka'bah sebagai tempat berkumpul bagi manusia karena Ka'bah adalah tempat yang aman. Selain itu Allah juga memerintahkan untuk menjaga kebersihannya karena itu merupakan tempat bagi umat Islam beribadah menyembah Allah swt.

وَاِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَاَمْنًاۗ وَاتَّخِذُوْا مِنْ مَّقَامِ اِبْرٰهٖمَ مُصَلًّىۗ وَعَهِدْنَآ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ اَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّاۤىِٕفِيْنَ وَالْعٰكِفِيْنَ وَالرُّكَّعِ السُّجُوْدِ

"Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah (Ka'bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. Dan jadikanlah maqam Ibrahim itu tempat salat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, orang yang i'tikaf, orang yang rukuk dan orang yang sujud!” (QS Al-Baqarah ayat 125)

Dalam Tafsir Kementerian Agama RI, Diperintahkan kepada Nabi Muhammad saw, dan kaum Muslimin agar mengingat ketika Allah menjadikan Ka'bah sebagai tempat berkumpul manusia, tempat yang aman, dan menjadikan Maqam Ibrahim sebagai tempat salat.

Maqam Ibrahim ialah tempat berpijak bagi Ibrahim ketika membangun Ka'bah. Perintah Allah kepada Ibrahim dan Ismail itu untuk menentramkan hati Nabi Muhammad saw dan kaum Muslimin dalam menghadapi keingkaran orang kafir dan untuk menerangkan kepada orang musyrik, Yahudi dan Nasrani bahwa agama yang dibawa Nabi Muhammad itu seasas dengan agama yang dibawa Nabi Ibrahim, agama nenek moyang mereka.

Ada dua faedah yang dapat diambil dari ayat di atas sehubungan dengan didirikannya Ka'bah: Pertama, tempat berkumpul bagi manusia untuk ibadah. Sejak zaman dahulu sebelum Nabi Muhammad saw diutus sampai saat ini Ka'bah atau Makkah telah menjadi tempat berkumpul manusia dari segala penjuru, dari segala macam bangsa dalam rangka menghormati dan melaksanakan ibadah haji.

Kedua, Allah swt menjadikannya sebagai tempat yang aman. Maksudnya, Allah menjadikan tanah yang berada di sekitar Masjidil Haram sebagai tanah dan dan tempat yang aman bagi orang-orang yang berada di sana. Sejak dahulu sampai saat ini orang-orang Arab mengagungkan dan menyucikannya.

Orang-orang Arab terkenal dengan sifat suka menuntut bela atas orang atau kabilah yang membunuh atau menyakiti atau menghina keluarganya. Di mana saja mereka temui orang atau kabilah itu, penuntutan balas akan mereka laksanakan. Kecuali bila mereka menemuinya di Tanah Haram, mereka tidak mengganggu sedikit pun.

Sejak zaman dahulu banyak usaha dari orang-orang Arab sendiri atau dari bangsa-bangsa yang lain untuk menguasai Tanah Haram atau untuk merusak Ka'bah, tetapi selalu digagalkan Allah, seperti usaha Abrahah Raja Najasyi dengan tentaranya untuk menguasai Tanah Haram dan Ka'bah. Mereka dihancurkan. Pasukan gajah itu lari tunggang langgang karena takut dengan pasukan burung ababil yang Allah kirim untuk menjaga Ka'bah.

Allah memerintahkan agar Maqäm Ibrahim dijadikan sebagai tempat salat. Faedah perintah itu ialah untuk menghadirkan perintah itu di dalam pikiran atau agar manusia mengikuti apa yang diperintahkan itu, seolah-olah perintah itu dihadapkan kepada mereka sehingga perintah itu tertanam di dalam hati mereka dan mereka merasa bahwa diri mereka termasuk orang yang diperintah.

Kemudian perintah untuk membersihkan itu ditujukan pula kepada orang-orang yang datang kemudian, yang mengakui Ibrahim, sebagai nabi dan rasul Allah dan mengakui Nabi Muhammad saw, salah seorang dari anak cucu Ibrahim sebagai nabi yang terakhir. Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membersihkannya dalam arti yang sebenarnya dan dalam arti kiasan.

Membersihkan dalam arti yang sebenarnya ialah membersihkan dari segala macam benda yang dihukumkan najis, seperti segala macam kotoran dan sebagainya. Membersihkan dalam arti kiasan ialah membersihkannya dari segala macam perbuatan yang mengandung unsur-unsur syirik, perbuatan menyembah berhala, perbuatan-perbuatan yang terlarang. bertengkar dan sebagainya.

Perintah membersihkan Ka'bah ini sekalipun ditujukan kepada Nabi Ibrahim dan Ismail, tetapi termasuk juga orang-orang yang datang sesudahnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement