Ahad 06 Aug 2023 14:16 WIB

Serangan terhadap Alquran Semakin Motivasi Orang Masuk Islam

Serangan terhadap Alquran tak patahkan semangat Umat Islam.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Erdy Nasrul
PBB sepakati resolusi yang mengutuk peristiwa pembakaran Alquran di Swedia.
Foto: EPA-EFE/SHAHZAIB AKBER
PBB sepakati resolusi yang mengutuk peristiwa pembakaran Alquran di Swedia.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHRAN -- Aksi penodaan Alquran yang terjadi akhir-akhir ini telah menyita perhatian dunia. Namun harus diketahui, aksi biadab semacam itu tidak memupuskan harapan umat Islam untuk terus memeluk keyakinannya. Bisa jadi, Hal itu justru memotivasi orang-orang untuk lebih ingin tahu mengenai ajaran Islam, bahkan malah memancing banyak orang di luar Islam untuk bersyahadat.

Dua akademisi terkemuka Inggris ikut bersuara mengutuk hal tersebut, sekaligus menekankan bahwa tindakan ekstremis itu harus dicegah.

Baca Juga

Dua akademisi yang dimaksud adalah Alison Scott-Baumann selaku Profesor Masyarakat dan Keyakinan di Pusat Studi Islam di Universitas SOAS, serta David Thomas, Profesor Teologi dan Agama di Universitas Birmingham.

Mereka membuat pernyataan tersebut saat dimintai pendapat tentang meningkatnya Islamofobia dan serangan yang terjadi di negara-negara Nordik.

Scott-Baumann menyebut, pembakaran kitab suci umat Islam di Swedia dan Denmark adalah tindakan provokasi. Ia beralasan, pemerintah yang demokratis harus dapat membedakan antara kebebasan berbicara dan provokasi yang disengaja.

"Ini adalah tindakan ilegal di negara beradab mana pun. Harus diingat keputusan Uni Eropa, bahwa tindakan yang memicu kekerasan bukanlah kebebasan berekspresi, tetapi tindakan ilegal," ujar dia dikutip di Mehr News, Ahad (6/8/2023).

Perlu diketahui, akademisi tersebut menekankan bahwa negara-negara Skandinavia kerap melihat diri mereka sebagai sosok yang "istimewa", dalam hal kebebasan berekspresi.

Di sisi lain, Thomas menyatakan bahwa penodaan Alquran benar-benar merupakan tindakan ekstrim. “Tapi yang jelas, mereka adalah orang-orang yang anti-Islam, apapun alasannya. Siapa yang tahu bahwa dengan melakukan aksi pembakaran Alquran ini sendiri akan memancing reaksi,” ucap dia.

Tidak hanya itu, ia juga mengatakan dapat dimengerti mengapa umat Islam harus merasa sangat terhina, serta mengapa para pelaku memutuskan untuk melakukan tindakan khusus ini. Ini karena Alquran lebih dari sekadar kitab suci bagi umat Islam.

Perihal pertanyaan apakah pemerintah harus mengeluarkan undang-undang untuk mencegah serangan terhadap buku-buku agama, dia mengatakan hal ini sangat sulit dilakukan.

Thomas beralasan, kemungkinan akan ada beberapa implikasi dalam undang-undang tersebut yang tidak dapat diramalkan oleh pemerintah. "Itu membutuhkan banyak diskusi dan pemikiran,” lanjut dia.

Selama sebulan terakhir, kitab suci umat Islam telah menjadi sasaran tindakan penodaan oleh elemen ekstremis, yang terjadi beberapa kali di Swedia dan Denmark. Pemerintahnya telah menyetujui dan membenarkan penghinaan tersebut, dengan dalih sebagai bagian dari kebebasan berekspresi.

Tindakan asusila ini pun telah memicu kemarahan seluruh komunitas Muslim di seluruh dunia. Beberapa negara bahkan telah memanggil atau bahkan mengusir duta besar Swedia dan Denmark.

Negara-negara Nordik menyesalkan penodaan Alquran. Namun, mereka berpegang teguh pada alasan bahwa mereka tidak dapat mencegahnya, di bawah undang-undang konstitusional yang melindungi kebebasan berbicara. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement