Menurut Aisha, kini ia diperlakukan lebih hati-hati dan hormat daripada teman-teman non-Muslimnya. Dia mengatakan, orang-orang di Rusia sangat terbuka dan bergerak cepat dalam komunikasi yang erat.
"Saat Anda mengenakan jilbab, mereka tidak begitu mengerti apa yang bisa dan tidak bisa mereka lakukan atau katakan. Jadi mereka berkomunikasi dengan cara yang lebih kalem dan menghormati," ujarnya.
Dia mengaku suka dengan Moskow karena semuanya sangat nyaman. "Anda bisa sholat di mana saja, Anda bisa pergi ke masjid, Anda bisa memberikan zakat ke dana khusus. Teman Muslim saya, yang sering bepergian, selalu berkata bahwa di antara kota-kota non-Muslim, Moskow adalah nomor satu dalam hal kenyamanan bagi umat Islam, bahkan London berada di urutan kedua," katanya.
Begitu juga dengan Kamilla, wanita Muslim yang tinggal di Moskow. Kamilla lahir dan besar di Samara (sebuah kota di wilayah Volga Tengah, sekitar 1.000 Km dari Moskow) dari sebuah keluarga Muslim. Meski memiliki lebih banyak teman Muslim di kampung halamannya, dia merasa nyaman di Moskow.
"Agama adalah apa yang ada di dalam diri seseorang. Jadi, tidak ada bedanya bagi saya jika ada Muslim di sekitar saya. Tidak masalah apakah kota itu Muslim atau tidak. Tentu saja, senang pergi ke kota-kota di mana adzan terdengar lima kali sehari. Suasananya sangat berbeda. Tapi, saya tetap lebih memperhatikan tingkat kenyamanan secara keseluruhan," ujarnya.
Menurut Kamilla, tidak ada seorang pun di Moskow yang mengatakan hal buruk tentang dia secara pribadi atau tentang keyakinannya. Hanya ada satu kejadian yang tidak menyenangkan, ketika gadis-gadis di universitas dengan tidak sopan mendiskusikan Islam di hadapannya.
Namun, itu tidak merusak kesannya tentang kota secara keseluruhan. Kamilla percaya ada begitu banyak orang di Moskow sehingga lebih mudah untuk bertemu orang yang berpikiran sama, bahkan di bidang keislaman.