Jumat 30 Jun 2023 17:59 WIB

Kecam Pembakaran Alquran di Swedia, Arab Saudi: Jelas-Jelas Hasut Kebencian

Pembakaran Alquran di Swedia mendapat kecaman dunia internasional

Rep: Amri Amrullah / Red: Nashih Nashrullah
Mushaf alquran yang dibakar (ilustrasi). Pembakaran Alquran di Swedia mendapat kecaman dunia internasional
Mushaf alquran yang dibakar (ilustrasi). Pembakaran Alquran di Swedia mendapat kecaman dunia internasional

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Kementerian Luar Negeri Arab Saudi pada Rabu (28/6/2023), menyatakan kecaman kerasnya atas pembakaran salinan Al-Qur'an oleh seorang ekstremis di depan sebuah Masjid Stockholm, Swedia saat pelaksanaan shalat hari raya Idul Adha.

"Tindakan penuh kebencian dan berulang ini tidak dapat diterima dengan pembenaran apa pun, dan jelas-jelas menghasut kebencian, pengucilan, dan rasisme. Dan secara langsung bertentangan dengan upaya internasional yang berusaha menyebarkan nilai-nilai toleransi, moderasi, penolakan terhadap ekstremisme, dan merusak rasa saling menghormati yang dibutuhkan untuk menjaga hubungan antara masyarakat dan negara," kata pernyataan kementerian tersebut.

Baca Juga

Seorang pria didakwa oleh polisi Swedia dengan tuduhan melakukan agitasi terhadap kelompok muslim setelah menodai dan membakar lembaran-lembaran Alquran di luar masjid utama di Stockholm. 

Salwan Momika, 37, yang melarikan diri dari Irak ke Swedia beberapa tahun yang lalu, mengatakan bahwa ia ingin menyoroti pentingnya kebebasan berbicara.

"Ini adalah demokrasi. Dalam bahaya jika mereka mengatakan bahwa kami tidak boleh melakukan hal ini," katanya.

Perdana Menteri Swedia, Ulf Kristersson, mengatakan bahwa protes Momika adalah "sah tapi tidak tepat," dan terserah kepada polisi untuk mengizinkannya atau tidak. 

Sementara itu, pemerintah negara-negara, banyak di antaranya berasal dari Timur Tengah, mengeluarkan pernyataan keras dan memanggil duta besar Swedia di negara mereka. Aksi di luar Masjid Pusat Stockholm tersebut memicu kecaman internasional. Berikut adalah beberapa reaksi yang muncul:

Turki

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam Swedia atas insiden tersebut, dengan mengatakan bahwa Ankara tidak akan pernah tunduk pada kebijakan yang bersifat provokasi atau ancaman.

Baca juga: Masuk Islam, Zilla Fatu Putra Umaga Pegulat WWE Ini Beberkan Alasannya yang Mengejutkan

"Kami akan mengajarkan kepada orang-orang Barat yang sombong bahwa menghina nilai-nilai suci umat Islam bukanlah kebebasan berekspresi," katanya.

Sehari sebelumnya, Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan menyebut penodaan terhadap Alquran sebagai tindakan yang "tercela".

"Tidak dapat diterima untuk membiarkan tindakan anti-Islam ini dengan dalih kebebasan berekspresi," tulis Fidan di Twitter. "Menutup mata terhadap tindakan-tindakan keji seperti itu sama saja dengan terlibat."

Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan kepada para pemimpin Swedia pada saat itu, "Jika Anda tidak menunjukkan rasa hormat terhadap keyakinan agama Republik Turki atau Muslim, Anda tidak akan menerima dukungan apa pun untuk NATO dari kami."

Baca juga: Tak Hanya Dibakar, Alquran Dipakai Menyeka Sepatu dan Membungkus Daging Babi 

Maroko

Maroko tidak hanya mengeluarkan pernyataan kecaman, tetapi juga menarik pulang duta besarnya di Swedia untuk waktu yang tidak ditentukan.

Kementerian Luar Negeri Maroko juga memanggil duta besar Swedia di Rabat dan menyatakan "kecaman keras terhadap serangan ini dan penolakannya terhadap tindakan yang tidak dapat diterima ini", menurut media pemerintah.

Amerika Serikat

Amerika Serikat mengutuk pembakaran tersebut, namun menambahkan bahwa pemberian izin demonstrasi tersebut mendukung kebebasan berekspresi.

"Kami percaya bahwa demonstrasi tersebut menciptakan lingkungan ketakutan yang akan berdampak pada kemampuan Muslim dan anggota kelompok minoritas agama lainnya untuk secara bebas menggunakan hak mereka atas kebebasan beragama atau berkeyakinan di Swedia," ujar juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Matt Miller.

"Kami juga percaya bahwa mengeluarkan izin untuk demonstrasi ini mendukung kebebasan berekspresi dan bukan merupakan dukungan terhadap aksi demonstrasi tersebut."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement