Sabtu 13 May 2023 15:30 WIB

Usaha Anak-Anak Muslim Jepang Berpuasa Selama Ramadhan

Anak-anak Muslim di Jepang mengikuti puasa Ramadhan.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Usaha Anak-Anak Muslim Jepang Berpuasa Selama Ramadhan. Foto:   Puasa Ramadhan (ilustrasi). Menjalankan puasa tidak hanya soal mempersiapkan mental dan spiritual, tetapi juga menjaga kesehatan tubuh
Foto: www.freepik.com
Usaha Anak-Anak Muslim Jepang Berpuasa Selama Ramadhan. Foto: Puasa Ramadhan (ilustrasi). Menjalankan puasa tidak hanya soal mempersiapkan mental dan spiritual, tetapi juga menjaga kesehatan tubuh

REPUBLIKA.CO.ID,NAGOYA -- Dari akhir Maret hingga akhir April, Muslim di seluruh dunia menyaksikan bulan paling suci, Ramadhan. Di bulan ini, setiap umat Islam yang layak menjalani puasa satu bulan penuh, termasuk mereka yang tinggal di Jepang.

Bagi beberapa anak, puasa berarti menahan diri tidak makan makanan ringan favorit mereka, sembari mencari cara mengalihkan pikiran dari makanan. Biasanya, mereka akan menghabiskan waktu makan siang di sekolah dengan membaca buku di perpustakaan.

Baca Juga

Dilansir di Mainichi, Sabtu (13/5/2023), puluhan Muslim terlihat berkumpul di sebuah masjid di Nagoya, Jepang tengah, setelah pukul 6 sore. Mereka hadir untuk buka puasa bersama dengan komunitas setempat.

Salah satu anak kecil yang hadir adalah Yasin Rehan, yang masih berusia 8 tahun. Anak laki-laki lahir di Mesir ini duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar negeri di kota itu.

"Makanannya 100 kali lebih enak dari biasanya. Saya senang saya dapat menikmatinya," ujar dia sembari mengunyah buah kurma bersama Muslim lainnya.

Yasin bercerita mulai melaksanakan puasa dengan sungguh-sungguh tahun ini. Meski masih menikmati makan siang di sekolah pada beberapa hari, tetapi ia berusaha melewatkannya pada hari lain.

Ayah Yasin, Ibrahim, mengatakan meski puasa mungkin terjadi secara alami pada putranya karena memiliki orang tua Muslim, ia tetap merasa senang sang anak memulai ibadah ini secara sukarela.

Cerita lain datang dari seorang siswa kelas empat berusia 9 tahun di Nagoya. Ia lahir dan besar di Jepang, tetapi memiliki orang tua Indonesia. Sang anak, yang tidak mau disebutkan namanya, menyebut ia masih makan siang sekolah seperti biasa tetapi menghindari makanan ringan dan minuman lainnya.

"Dia masih kecil dan mungkin merasa canggung jika berpuasa sendirian di kelasnya. Dia mencoba untuk mencapai keseimbangan dengan caranya sendiri. Saya hanya ingin dia berlatih puasa saat dia tumbuh," kata sang ibu yang berusia 42 tahun.

Untuk diketahui, ada beberapa kategori orang yang diperbolehkan tidak berpuasa dalam Islam. Mereka adalah anak-anak yang sangat kecil, orang yang jatuh sakit dan wanita yang sedang menstruasi.

Namun, seiring bertambahnya usia anak-anak, banyak yang akan mulai melakukannya dengan durasi yang lebih singkat dari seharusnya. Puasa dilakukan berdasarkan kesediaan mereka, serta melihat apakah mereka cukup berkembang untuk melakukannya.

Di Sekolah Dasar Kurono yang dijalankan oleh pemerintah kota Gifu, kira-kira 10 persen dari sekitar 380 siswa berasal dari luar Jepang. Dari jumlah anak ini, sekitar 20 orangnya berpuasa selama Ramadan tahun ini.

"Siswa lain menerima praktik agama ini apa adanya, sembari mempelajari pentingnya saling pengertian dan keragaman," kata asisten kepala sekolah,  Eiji Hori.

Sekolah bahkan membuka perpustakaannya untuk siswa Muslim saat istirahat makan siang selama Ramadhan. Mereka juga merekomendasikan agar siswa/i yang puasa tidak mengikuti pendidikan jasmani, menyarankan agar mereka hanya melihat karena alasan kesehatan.

Meski ada banyak kemudahan yang diterima oleh anak-anak Muslim, bagi mahasiswa yang harus bekerja sambil belajar, bulan Ramadhan bisa menjadi masa yang sangat sulit.

Samad Abdus, seorang pekerja toko mobil asal Bangladesh yang berusia 28 tahun di Nagoya, berjuang untuk beradaptasi dengan kehidupan di Jepang.

Tidak seperti di negara asalnya, yang mana Ramadhan tidak dirayakan atau dipraktikkan oleh seluruh masyarakat, sehingga sulit baginya beradaptasi dengan jadwal waktu makan yang baru saat tinggal di negara itu. Ada beberapa hari di mana dia tidak punya waktu untuk makan, karena dia juga bekerja paruh waktu hingga larut malam.

Menurut Japan Indonesia Association for Economy Cooperation di Tokyo, selama musim panas ada kasus orang jatuh sakit karena anemia akibat puasa.

Jumlah umat Islam yang tinggal di Jepang semakin meningkat. Seorang pejabat asosiasi mengatakan mereka mencoba memberikan informasi tentang kesulitan puasa di Jepang kepada umat Islam yang berada di negara tersebut.

Tidak hanya itu, mereka juga meminta agar orang lain dapat menerima dan menghormati hak mereka untuk menjalankan praktik keagamaan.  

Sumber:

https://mainichi.jp/english/articles/20230512/p2g/00m/0na/016000c

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement