Rabu 19 Apr 2023 17:39 WIB

MUI: Gerhana Matahari Warning dari Allah

Allah menjelaskan matahari dan arah menuju gerhana matahari dalam ayat-Nya.

Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI KH Cholil Nafis
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI KH Cholil Nafis

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Muhammad Cholil Nafis mengatakan fenomena gerhana matahari merupakan peringatan dari Allah subhanahuwa ta ala (SWT) kepada manusia atas perbuatannya di dunia.

"Dalam kacamata keagamaan gerhana matahari itu berkenaan dengan perilaku manusia di muka bumi termasuk kerusakan dan banyaknya maksiat," katanya di Jakarta, Rabu (19/4/2023).

Baca Juga

Ia mengatakan fenomena gerhana matahari merupakan kejadian yang Allah SWT ciptakan supaya manusia sadar dan tunduk kepada Allah SWT.

"Oleh karena itu manusia dianjurkan untuk memperbanyak istighfar, sedekah, shalawat, dan melaksanakan shalat gerhana sebagai bentuk pertaubatan," katanya.

 

"Dalam surat Yasin itu ada ayat yang berbunyi wa syamsu tajri limustaqarril lahaa," tambah Muhammad Cholil Nafis, doktor lulusan Universitas Malaya itu.

Cholil mengatakan dalam tafsir ayat tersebut diceritakan peristiwa perputaran matahari pada porosnya dan penyebab terjadinya gerhana matahari.

Gerhana matahari merupakan fenomena pengaduan matahari kepada Allah karena melihat keengganan manusia dalam beribadah kepada Allah, jelasnya.

Sebelumnya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah memprediksi fenomena gerhana matahari hibrida akan terjadi di Indonesia pada Kamis (20/4). Fenomena tersebut dapat disaksikan di beberapa daerah di Indonesia kecuali di beberapa bagian utara Provinsi Aceh dan akan berakhir di Biak, Papua.

Kementerian Agama (Kemenag) mengimbau kepada masyarakat Muslim untuk melaksanakan Shalat Kusuf (Shalat gerhana matahari) pada hari itu dengan disertai zikir dan doa untuk kesejahteraan dan kemajuan bangsa.

Beberapa tafsir

Pakar tafsir abad ke-14 H, Syekh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di dalam kitabnya Tafsir as-Sa'di menjelaskan ayat 38 surah Yasin sebagai berikut: 

Dan demikian pula kami menghilangkan kegelapan yang telah menutupi dan meliputi mereka, kami terbitkan matahari lalu ia menerangi seluruh penjuru (bumi), dan manusiapun bertebaran untuk kepentingan hidup dan maslahat hidup mereka. Maka dari itu Allah berfirman, “dan matahari berjalan di tempat peredarannya.” Maksudnya, selalu berputar pada pusat orbitnya yang telah ditetapkan oleh Allah, ia tidak akan menyalahinya dan tidak pula menyimpang darinya, dan matahari pun tidak mempunyai kemampuan mengatur dirinya dan tidak pula bisa menolak Kuasa Allah.

demikianlah ketetapan yang Mahaperkasa,” yang dengan keperkasaanNYa, dia mengendalikan semua makhluk yang begitu besar ini dengan pengendalian yang paling sempurna dan aturan yang baik , “lagi Mahamengetahui,” yang dengan ilmu pengetahuanNya Dia menjadikan makhluk agung ini sebagai maslahat bagi hamba-hambaNya dan manfaat bagi mereka dalam urusan agama dan dunia mereka.

Tafsir Kementerian Agama RI adalah sebagai berikut

Dan di antara tanda kuasa-Nya adalah bahwa matahari berjalan di tempat peredarannya yang telah ditentukan dengan tertib menurut kehendak Allah dan sedikit pun tidak menyimpang. Demikianlah ketetap-an Allah yang mahaperkasa, maha mengetahui dengan ilmu-Nya yang meliputi seluruh makhluk. 39. Dan telah kami tetapkan pula jarak-jarak tertentu sebagai tempat peredaran bagi bulan, sehingga setiap saat jarak tersebut mengalami perubahan. Sesampainya ke tempat peredaran yang terakhir, kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua. Mula-Mula penampakan bulan muncul dalam keadaan kecil dan cahaya yang lemah, beralih menjadi bulan sabit dengan sinar yang terang, berubah menjadi bulan purnama, kemudian perlahan kembali mengecil dan kembali ke bentuk semula.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement