REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Dokumentasi dan Kajian Al Irsyad Bogor dan menyampaikan turut berduka cita dan benar-benar merasa kehilangan atas wafatnya Ridwan Saidi. Almarhum meninggal di Rumah Sakit Pondok Indah, Bintaro, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Ahad (25/12/2022).
Ketua Pusat Dokumentasi dan Kajian Al-Irsyad Bogor Abdullah Abubakar Batarfie mengatakan meninggalnya Ridwan Saidi merupakan kehilangan bagi dunia kebudayaan dan sejarah Indonesia.
"Dunia kebudayaan dan sejarah Indonesia, terkhususnya sejarah dan budaya Betawi, hari ini pasti merasakan pula duka yang teramat dalam atas berpulangnya ke rahmatullah seorang tokoh yang akrab kami sapa dengan panggilan Babeh Ridwan ini," katanya melaiu keterangan tertulisnya kepada Republika.co.id kemarin.
Menurutnya, almarhum dikenal sebagai seorang politikus kawakan, pemikir, penulis, sastrawan dan budayawan yang sederhana di tanah Betawi. Babeh Ridwan sapaan akrabnya dapat disebut sebagai penjaga gawang Betawi yang kental dalam mempertahankan tradisi Islam.
"Dan mungkin dapat dikatakan sebagai generasi terakhir yang begitu fasih melafalkan semua aspek sejarah dan budaya Betawi dengan segudang karya tulisnya yang telah beliau bukukan," katanya.
Abdullah Abubakar Batarfie memastikan, Al Irsyad begitu sangat dekat dengan almarhum, bahkan sejak kedekatan ayahnya Abdurrahim bin Sa'idi dengan pendiri Al Irsyad, Syaikh Ahmad Surkati. Dalam satu kesempatan almarhum pernah bercerita kediaman tokoh Pembaharu Islam Indonesia yang disapanya dengan panggilan mualim Surkati ini dan madrasah Al Irsyad yang dirintisnya, baginya sudah menjadi rumah keduanya.
"Karena hampir sebagian besar aktivis senior Al Irsyad di Jakarta merupakan sahabat-sahabat kecilnya, sebut saja antaranya adalah almarhum Husein Badjerei," katanya.
Jarak antara rumah kelahiran dan masa kecil Babe Ridwan di Gang Arab, Sawah Besar dengan kediaman Surkati di Gang Solang, tidak begiitu jauh dan dia tempuh dengan berjalan kaki saja. Bagi Al Irsyad, Ridwan merupakan sosok yang telah banyak memberi informasi sejarah berharga tentang Al Irsyad.
Organisasi ini jejaknya banyak tersebar dan masih dapat dijumpai di ibu kota Jakarta, dari sejak keberadaan Syaikh Ahmad Surkati di Kampung Pekojan, kampung Arab pertama di Batavia dan tempat lainnya. Syaikh Surkati untuk pertama kalinya menetap hingga wafatnya sejak kedatangannya di Batavia pada bulan Maret 1911.
Dari informasi berharganya itu dapat dipastikan tidak akan kita temukan di sumber manapun, seperti peristiwa Syaikh Ahmad Surkati saat terkena badai fitnah karena membantu keluarga "kaum digulis", istri dan keluarga para pejuang kemerdekaan yang ditahan oleh penjajah Belanda di Digul. Termasuk foto Surkati saat pidato dan dikawal oleh Bang Jeni, jagoan betawi yang terkenal.
"Sayang foto itu menurut beliau hilang karena banjir," katanya.
Dalam bukunya Islam dan Nasionalisme di Indonesia, beliau banyak mengungkap fakta sejarah berharga tentang peran kebangsaan yang dilakukan oleh Syaikh Ahmad Surkati dan Al-Irsyad, terutama kiprah dan kontribusinya sebagai mentor dalam gerakan Jong Islamieten Bond atau JIB.
Baca juga : Ridwan Saidi Dalam Kenangan
Sebagai seorang budaywan dan sejarawan yang kritis, semua sejarah yang dituturkannya bernas dan sangat ilmiah karena terdukung dengan data dan fakta yang kesemuanya bersumber pada informasi dari sumber di zamannya. Sebagai penulis buku tentang seluk beluk sejarah dan kebudayaan Betawi, Ridwan merupakan penjaga literasi budaya dan sejarah kota Jakarta melalui karya-karyanya yang monumental, karya tulisnya disantap dan dilahap habis oleh jutaan para pembacanya.
"Selamat Jalan Babeh Ridwan. Semoga dedikasimu menjadi inspirasi kita semua dan semoga amal baikmu diterima, baik iman dan Islamnya, husnul khatimah insya Allah"