REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Pemimpin Palestina Nasser Abu Hamid meninggal dalam penahanan Israel, setelah berbulan-bulan mendapat pengabaian medis dan penolakan pengobatan kanker.
Salah satu pendiri Brigade Syuhada Al-Aqsa itu meninggal beberapa jam setelah Israel akhirnya mengizinkan keluarganya untuk mengunjunginya. Saat itu, Abu Hamid sudah dalam kondisi koma.
Dilansir di The New Arab, Rabu (21/12/2022), kondisinya memburuk secara signifikan saat layanan penjara Israel memindahkannya ke rumah sakit Israel dari penjara Ramleh. Kesehatannya semakin memburuk sejak Agustus 2021, di mana ia mulai menderita sakit di dadanya.
Jelaslah bahwa Abu Hamid menderita kanker paru-paru dan tumor akhirnya diangkat dari dadanya. Setelah itu, dia dipindahkan ke penjara lain di Ashkelon.
Setelah operasi, kankernya kembali. Menurut kelompok hak asasi Palestina, dokter mengakui perlunya kemoterapi, tetapi Abu Hamid ditolak pengobatan sampai penyakit itu menyebar dengan cepat di tubuhnya.
Meskipun jelas dia berada di penghujung hidupnya, Abu Hamid ditolak bersama keluarganya meskipun mendapat rekomendasi dari profesional kesehatan Israel. Klub Tahanan Palestina (PCC) mengungkapkan setidaknya 73 tahanan Palestina telah kehilangan nyawa mereka karena kelalaian medis selama penahanan di penjara Israel sejak 1967.
Israel tujuh kali memenjarakan Nasser Abu Hamid sepanjang hidupnya yang produktif sebagai salah satu pendiri Brigade Syuhada al-Aqsa, sayap bersenjata gerakan politik Fattah. Dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena perannya dalam Intifada Palestina Kedua dan tetap berada di penjara Israel sejak 2002.
Dia meninggal di hadapan keluarganya dan penjaga penjara Israel. "Alhamdulillah, saya dan saudara laki-lakinya dapat melihatnya dan mengucapkan selamat tinggal,” kata ibu Abu Hamid kepada Radio Palestina pada Selasa pagi.
Dia berharap jenazahnya akan dibebaskan untuk dimakamkan. Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB pada bulan September, Abbas mengatakan orang-orang Palestina mengatakan kepada tahanan heroik Nasser Abu Hamid dan rekan-rekannya bahwa fajar akan datang, dan inilah saatnya rantai mereka diputuskan.