REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi perempuan Islam 'Aisyiyah tengah berupaya menggaungkan pemikiran Risalah Perempuan Berkemajuan. Hal ini merupakan hasil dari Muktamar ke-48 'Aisyiyah yang berlangsung 19-20 November lalu di Surakarta, Jawa Tengah.
"Dalam muktamar ini, 'Aisyiyah menghasilkan sebuah keputusan yang penting, tentang Risalah Perempuan Berkemajuan. Hingga saat ini, sudah dilaksanakan pleno dua kali," kata Ketua Umum PP 'Aisyiyah 2022-2027 Salmah Orbayinah, dalam kegiatan Pengajian Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jumat (9/12/2022).
Dalam rapat pleno yang digelar pertama kali dibahas seputar arah dan pandangan organisasi selama lima tahun ke depan. Ditegaskan pula perihal visi gerakan yang tidak berubah sejak muktamar lima tahun lalu di Makassar.
Visi gerakan 'Aisyiyah yang dimaksud adalah Islam berkemajuan, perempuan berkemajuan dan gerakan pencerahan. Adapun gerakan pencerahan ini dimaknai dengann pembebasan, pemberdayaan dan memajukan. Visi-visi ini disebut akan menjadi pandangan organisasi dalam melakukan aksi dan program di masyarakat.
Terkait hasil muktamar, ia juga menyebut hal ini diharap bisa menjadi rujukan bagaimana agama Islam memandang perempuan. Agama bukan menghambat perempuan untuk maju, namun dipandang sebagai sosok yang mulia dan hebat.
"Perempuan dari beragam latar belakang bisa tetap maju dalam satu kesatuan bersama laki-laki, untuk membangun Indonesia yang lebih maju. Walau 'Aisyiyah dan Muhammadiyah adalah organisasi Islam, tapi kami juga organisasi yang inklusif demi kemaslahatan bersama," lanjut dia.
Latar belakang Risalah Perempuan Berkemajuan adalah semangat yang dilandasi nilai-nilai dasar Islam tentang kesetaraan dan kemajuan perempuan, di tengah-tengah kesulitan akses perempuan. Alasan lainnya adalah dinamika 'Aisyiyah selama satu abad lebih yang digerakkan oleh perempuan.
Salmah Orbayinah menyebut alasan yang melatarbelakangi hal ini adalah berbagai dokumen pandangan tentang ideologi persarikatan perempuan yang sudah disusun pada zamannya, perlu dikontekstualisasikan lagi dan menyesuaikan perkembangan zaman.
"Ini bukan hal baru. Namun untuk melengkapi dokumen-dokumen tentang ideologi perempuan berkemajuan yang sudah ada sebelumnya," ujarnya.
Adapun risalah tersebut dari pemahaman Islam, yang disusun menggunakan pendekatan bayani, burhani dan irfani. Terakhir, ia menyebut perempuan berkemajuan harus punya kebutuhan untuk berprestasi sesuai dengan kompetensinya masing-masing. Kebutuhan ini disebut sebagai suatu kebutuhan dasar, untuk mewujudkan program-program dan tujuan yang ada di 'Aisyiyah.