REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG — Pondok Pesantren Raden Rahmat tengah terus berupaya menyiapkan para profesional perawat lanjut usia (Caregiver). Untuk itu Ponpes Raden Rahmat berkolaborasi dengan sebuah lembaga asal lembaga koperasi bisnis asal Jepang YMCW.
Beberapa waktu lalu pimpinan YMCW, Nakamura Sensei mengunjungi Ponpes Raden Rahmat di Semarang Jawa Timur. Kedatangannya untuk berdiskusi dan memperkuat kerjasama dengan Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat.
Sebab YMWC telah menjadi tempat magang para pelajar Sekolah Caregiver Raden Rahmat yakni sekolah untuk melahirkan tenaga perawatan atau pengasuhan. Sekolah ini merupakan upaya kolaboratif antara Yayasan Pitutur Luhur, Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Sebaindo dan LPK Kibo Salatiga yang bertujuan untuk menyiapkan tenaga profesional untuk perawat lansia, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri khususnya di Jepang.
Dalam kunjungannya Nakamura berdiskusi tentang sarana hunian terintegrasi bagi lansia (Senior Living). Ia juga mengapresiasi bimbingan yang dilakukan Raden Rahmat terhadap para siswa yang bertujuan menjadi tenaga profesional untuk perawat lansia.
"Penyampaian Harapan anak-anak magang Jepang LPK (SO) Serbaindo kolaborasi dengan raden rahmat, dimasa depan menjadi pioner untuk membuka sebanyak-banyaknya Senior Living di Indonesia mengingat urgensinya yang tinggi," kata Nakamura seperti rilis yang diterima Republika,co.id dari Ponpes Kasepuhan Raden Rahmat pada Sabtu (29/10).
Sementara itu Direktur Pesantren Lansia Raden Rahmat, Muhammad Solikin mengatakan bahwa pihaknya saat ini tengah berupaya menyiapkan lahan seluas 10 hektar untuk pengembangan kawasan pendidikan lansia(Senior Institut) yang terdiri dari wisma lansia, pesantren lansia, sekolah lansia, sekolah caregiver, klinik lansia, taman lansia, bumi perkemahan lansia dan kafe lansia.
"Kedepannya ada banyak sinergitas antara pihak Jepang dengan Raden Rahmat termasuk hibah sarana prasarana yang berhubungan dengan caregiver dari Jepang, tentunya diperlukan dukungan dan penguatan dari eksekutif Kabupaten Semarang dan Pemprov Jateng," jelasnya.
Ia mengatakan proyek tersebut akan dilakukan bertahap dan saat ini baru memasuki fase wisma lansia dan pesantren lansia dan direncanakan akan selesai pada tahun 2030. Proyek tersebut bertujuan untuk menyiapkan lansia agar bisa menjalani kehidupan di akhir senjanya dengan produktif dan menggapai husnul khatimah.
Sementara itu Ketua Yayasan Pitutur Luhur, Ahmad Winarno mengatakan dengan rencana infrastruktur Yayasan Pitutur Luhur menyiapkan layanan lansia yang komprehensif, holistik, religius, sekolah caregiver juga untuk menyerap tenaga kerja.
"Apalagi indonesia, jika tidak ada edukasi kelak indonesia akan mengalami masalah sosial khususnya akibat pertumbuhan lansia yang tidak diimbangi kesiapan penanganan dari pemerintah dan edukasi ke lansia dan keluarganya. Di Jepang, kebutuhan caregiver mencapai 500 orang setiap tahunnya. Saking banyaknya, kebutuhan itu sulit dipenuhi dari pasar tenaga kerja di dalam negeri, apalagi Jepang sendiri memiliki populasi lanjut usia yang sangat besar," ungkapnya.