Selasa 27 Sep 2022 04:55 WIB

Data Terbaru Sebut Sentimen Anti-Muslim Berlangsung Sistemik di Eropa

Negara seperti Inggris dan Prancis menjadi tempat utama kebencian anti-Muslim.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
Demonstrasi di AS tuntut pelarangan atas sikap Islamofobia. Data Terbaru Sebut Sentimen Anti-Muslim Berlangsung Sistemik di Eropa
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Sentimen anti-Muslim dilaporkan tetap menjadi ancaman yang berkembang di seluruh Eropa dengan beberapa negara memberlakukan kebijakan yang membuatnya seakan sistemik. Data ini dijelaskan dalam laporan Islamofobia Eropa 2021, yang menyebut sentimen anti-Muslim adalah masalah yang mendesak di seluruh benua seperti tahun-tahun sebelumnya.

Dilansir dari Turkish Radio and Television (TRT World), Jumat (23/9/2022), dikatakan bahwa negara-negara seperti Inggris dan Prancis menjadi tempat utama kebencian anti-Muslim dan insiden Islamofobia.

Baca Juga

“Selanjutnya, kampanye anti-Muslim dari partai sayap kanan di negara-negara anggota Uni Eropa mendominasi diskriminasi terhadap individu dan komunitas Muslim,” kata laporan itu, yang berfokus pada 27 negara Eropa dan disiapkan dengan kontribusi dari 35 akademisi dan pakar terkemuka di bidangnya.

Laporan tersebut menghubungkan rasisme anti-Muslim dengan latar belakang tren umum yang mengkhawatirkan, yakni penurunan demokrasi liberal di Eropa. Ini memperingatkan kekuatan besar di Eropa, terutama negara-negara seperti Prancis, masih berinvestasi lebih sedikit dalam memerangi Islamofobia.

“Islamofobia menjadi normal dan dilembagakan oleh demokrasi liberal seperti Austria, Denmark, dan Prancis mengkhawatirkan,” kata laporan itu.

Terlepas dari insiden anti-Muslim di seluruh Eropa, laporan tersebut merinci diskriminasi sistemik yang dihadapi oleh umat Islam di semua bidang kehidupan, mulai dari pekerjaan hingga perawatan kesehatan, pendidikan, dan sistem peradilan.

Islamofobia dalam jumlah

Austria

Sebanyak 1.061 kejahatan kebencian anti-Muslim tercatat di Austria. Sebagian besar kasus itu online (68 persen), berasal dari politisi (32 persen), dan berada di ranah publik (25 persen), kata laporan itu.

“Sebagian besar pelaku adalah laki-laki (76,9 persen) dan korban utamanya adalah perempuan (69 persen),” tambahnya.

Mengutip data dari pengawas anti-rasisme lain ZARA, laporan itu mengatakan 1.977 tindakan rasis dan anti-Muslim didokumentasikan, yang terutama menargetkan wanita.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement