REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Masyhuril Khamis mengatakan, akhlak merupakan inti dan implementasi dari nilai-nilai akidah dan syariah. Akhlak menunjukan jati diri seseorang yang sesungguhnya dalam menjalani kehidupan. Kiai Masyhuril mengatakan, akhlak menjadi awal pendidikan khususnya di pesantren dan madrasah.
"Penanaman nilai-nilai adab, akhlak menjadi sangat penting, sebab keberadaan kita dalam masyarakat bukanlah diukur dari nilai intelektualnya saja, tapi nilai kita adalah seberapa mampunya kita menjadi duta akhlak, duta kebaikan di masyarakat, apalagi seseorang itu dikenal sebagai alumni pesantren dan madrasah,"kata Kiai Masyhuril kepada Republika, beberapa hari lalu.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, di pesantren para santri sering diajarkan kitab Ta'limul Muta'allim yang di antaranya memuat akhlak dan adab yang harus dilakukan oleh para pencari ilmu. Menurut Kiai Masyhuril, ini menunjukkan pesantren sangat menguatkan dasar-dasar akhlak. Sehingga, sejak dalam proses pembelajaran di pesantren, santri sudah dibiasakan untuk mempunyai sikap patuh, santun, menghargai, dan saling memberi.
Para santri juga dibimbing untuk membiasakan akhlak terpuji dalam setiap aktivitas bersama-sama seperti akhlak malam bersama, mengaji bersama, gotong royong, dan lainnya. Dengan begitu, menurut Kiai Masyhuril, tercipta kebersamaan dan kenyamanan sehingga setiap santri memiliki hubungan emosional yang sangat erat satu dengan yang lainnya.
Selain menanamkan nilai, ilmu, dan ibadah, pesantren merupakan tempat yang tepat menanamkan nilai budi luhur seperti melatih kemandirian, kebersamaan, optimistis, tidak cengeng, disiplin, menghargai, dan menghormati, berpikir jauh dunia dan akhirat.
"Hal ini bagian penting yang ditanamkan dalam dunia pesantren dan dengan itu insya Allah mereka akan dapat menjadi teladan di masyarakat dan tidak takut bersaing dengan godaan dan tantangan dunia," katanya.