Sementara Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta Sofyan Anis yang juga pernah berkunjung ke Tliu merupakan saksi sejarah bagaimana kondisi di Tliu saat itu tepatnya sekitar 2017. Ia yang berkunjung dan melakukan pembangunan beberapa ruang kelas menyebut keterbatasan air sangat terasa.
"Keterbatasan sumber daya air yang bisa kita peroleh, kebutuhan untuk membangun masyarakat yang damai penuh toleransi, di Desa Tliu ini ada dari beragam agama, tentu ini merupakan rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala," kata dia.
Sofyan mengungkapkan, setelah pelaksanaan Muktamar 48 yang mana UMS merupakan tuan rumah, ia beserta tim akan berkunjung kembali ke Tliu untuk melakukan survei. "Bukan hanya untuk menyempurnakan pembangunan air yang ada tetapi juga kita berusaha memanage sumber daya air yang ada di sana sehingga bukan hanya Desa Tliu tetapi juga desa tetangganya bisa menikmati air bersih ini," ungkap Sofyan.
Sofyan mengatakan akan melibatkan teman-teman dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang lain dan meningkatkan sumber daya alam yang lain seperti jagung dan pisang yang belum dibudidayakan secara maksimal. "Dengan adanya air ini kita bisa memaksimalkan sumber daya alam yang ada di sana sehingga bisa menjadi potensi pengembangan potensi di masyarakat sehingga Tliu bisa menjadi daerah Muhammadiyah yang berkemajuan," kata Sofyan.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
