REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Iu Rusliana
Mungkin sebagian dari kita tengah dihimpit kesulitan hidup. Ketahuilah, banyak orang yang bernasib sama, bahkan mungkin lebih berat tingkat kesulitannya. Jadi, Anda tak harus merasa sendiri, seakan termalang di dunia ini. Rasulullah SAW saja pernah kalah dalam Perang Uhud. Kan'an, anak dari Nabi Nuh As, tetap durhaka hingga ajal menjemput.
Oleh karena itu, jadikan saja pengalaman sedih dari kesulitan sebagai madrasah kegagalan, dengan sabar dan tawakal menjadi mata pelajarannya. Pun demikian, saat sukses, tidak harus jemawa. Jadikan madrasah kesuksesan, mata pelajarannya berupa rendah hati.
Sukses dan gagal adalah mozaik indah kehidupan, sabar dan tetaplah bersyukur dan jadikan pengalaman hidup itu sebagai arena penempaan diri. Allah SWT memberikan kabar gembira kepada mereka yang hidupnya penuh keikhlasan dan sabar. Rasulullah SAW bersabda, "Seorang Muslim yang tertimpa kecelakaan, kemelaratan, kegundahan, kesedihan, kesakitan, maupun kedukacitaan, walaupun hanya tertusuk duri, niscaya Allah akan mengampuni dosanya sesuai apa yang menimpanya." (HR Bukhari Muslim).
Siapa pun tentu ingin segalanya baik-baik saja, tak ada rintangan apalagi kesulitan. Saat ujian itu datang, kita berusaha keluar, berjuang keras, namun kadang rencana hebat yang telah disusun itu seolah sia-sia. Satu rencana disusun, tak berhasil baik. Wajar sedih, marah, kesal hinggap di jiwa, tapi jangan biarkan terlalu lama menguasai hati.
Mencoba cara kedua, bernasib sama, kembali gagal. Atau, boleh jadi cara pertama berhasil, pun demikian langkah kedua, namun akhirnya kembali gagal. Segeralah basuh dengan syukur dan insyafi hikmah dari semua proses itu. Jauhkan pula hati dari marah kepada teman, saudara, atau orang lain karena tak ada gunanya.
Kehidupan adalah proses pembelajaran, tak ada satu helaan napaspun yang tak bermanfaat. Bagi mereka yang selalu berpikir, semua yang terjadi, dialami dan dirasakan, adalah pelajaran berharga tentang kehidupan untuk meletakkan fondasi kuat melanjutkan langkah lebih lanjut yang lebih baik lagi.
Tak harus muncul pikiran tentang kegagalan, kehidupan susah, kawan yang tak membantu atau menjauhi karena dari sekian rangkaian hambatan dan kegagalan itu, ada pelajaran yang sangat bernilai. Belajarlah dengan sungguh-sungguh dari madrasah kegagalan itu, rayakan keberuntungan, pastikan perbaikan demi perbaikan terjadi. Tugas kita berikhtiar maksimal, hasilnya Tuhan yang menentukan. "Dan, bertawakallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati." (QS al-Furqan: 58).
Muslim sejati selalu riang gembira menjalani semua kehidupan. Tersenyum melihat sejumlah kegagalan, lalu merangkai gagal itu menjadi bangunan indah. Jika rangkaian gagal itu dilihat sebagai mozaik indah, lukisan kehidupan yang realis, maka kita akan menemukan makna kehidupan saat menikmati keberhasilan. Di situlah pentingnya syukur di saat gagal dan berhasil. Saat gagal, syukur akan menguatkan, mengubah cara pandang rasa kalah, kecewa, marah, dan kebencian menjadi energi pembelajaran kehidupan tiada henti.
Mari tetapkan dalam hati rasa syukur untuk semua kegagalan dan keberhasilan. Rayakan dengan perlakuan sama karena kedua hal itu ibarat dua keping koin kehidupan, menunjukkan batas kekuatan manusia. Pastikan tiap saat, rasa syukur dan sabar menjadikan kita semakin menjadi manusia pembelajar, semakin kukuh iman, menjadi hamba yang taat beribadah dan beramal saleh baik secara vertikal maupun horizontal (sosial). "Sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji Kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu," (QS Muhammad:31). Wallaahu a'lam