Ahad 07 Aug 2022 19:55 WIB

Kitab Turos Masih Diminati Milenial dan Gen Z

Masyarakat masih minat kitab Turos.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
CEO Rene Turos Indonesia (RTI), Lukman Hakim Arifin
Foto: Muhyiddin / Republika
CEO Rene Turos Indonesia (RTI), Lukman Hakim Arifin

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Di era digital sekarang ini, kitab turos atau kitab-kitab klasik karangan para ulama terdahulu masih banyak diminati masyarakat Indonesia, termasuk kalangan milenial dan generasi Z. Hal ini bisa dilihat dari pameran Islamic Book Fair (IBF) 2022 yang digelar pada 3-7 Agustus 2022 di Jakarta Convention Center (JCC).

CEO Rene Turos Indonesia (RTI), Lukman Hakim Arifin mengungkapkan bahwa banyak kalangan milenial yang membeli kitab Turos di stan grup Rene Turos Indonesia. 

Baca Juga

"Kita patut berbangga, patut senang, meskipun juga kaget, karena ternyata pembeli buku-buku Turos ini bukan orang-orang tua, kebanyakan anak-anak usia milenial bahkan Z. Mereka usia sekolah, tapi sebagaian mereka itu berani beli juga buku-bukunya Imam Ghazali," ujarnya saat ditemui Republika di pameran IBF 2022. 

Kendati demikian, menurut Lukman, anak-anak milenial atau generasi Z tentu masih membutuhkan bimbingan untuk membaca memahami buku-buku terjemahan dari kitab Turos tersebut. 

"Tapi ini menunjukkan bahwa gairah minat membaca buku, anak-anak generasi milenial ini di tengah era digital besar dan tinggi sebenarnya," ucap alumnus Pondok Pesantren Modern Gontor ini. 

Dalam pameran IBF kali ini pihaknya mengusung tagline Back to Turos, yang artinya kembali ke kitab klasik. Pihaknya mengusung semangat ini karena mempunyai mimpi untuk menerjemahkan 1000 kitab-kitab klasik. 

"Kembali ke kitab klasik itu karena kita punya mimpi untuk bagaimana buku-buku itu dari zamannya tabiut tabiin sampai zaman keemesan Abbasiyah, Umayah, Andalusia sampai Turki Utsmani, sampai ulama-ulama Nusantara kita, itu kita terjemahkan," kata Lukman. 

Dia berharap, grup penerbit Rene Turos Indonesia bisa menjadi jembatan bagi umat Islam untuk bisa menikmati kembali kitab-kitab klasik yang sudah pernah diterbitkan. "Nah kita punya mimpi Turos (penerbit) itu menjadi jembatan akses literasi bagi umat Islam untuk bisa kembali menikmati buku-buku yag pernah diterbitkan," jelas Lukman.

Lukman menjelaskan, kitab-kitab klasik tersebut tentu masih kontekstual di zaman sekarang, serta dapat memberikan inspirasi. Karena, para ulama menulis kitab itu memang untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan. Menurut dia, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para penerbit Islam. 

"Makanya kita ini kan tantangan kita sebagai penerbit Islam itu adalah bagaimana menyampaikan dan mengkomunikasikan buku-buku kita ini menjadi sesuai dengan kebutuhan pemuda atau masyarakat muslim sekarang," ujar Lukman.

"Jadi kalau kita terbitkan buku-buku Islam, harusnya buku-buku Islam itu kualitasnya, terjemahannya, isinya itu juga harus bagus," imbuhnya. 

Sudah banyak karya para ulama yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh grup Penerbit Turos. Kedepannya, menurut Lukman, pihaknya juga akan lebih banyak menerbitkan karya-karya ulama Nusantara. 

"Kalau ulama Nusantara kita masih belum banyak ya, masih karya dari Syekh Nawawi A-Bantani. Tapi itu butuh kerja keras lagi. Karena, kalau ulama nusnatara ini kita masih harus mencari cetakan naskahnya dan lain sebagainya, beda dengan karya ulama-ulama Islam yang dari Timur Tengah, Andalusia, dari Mesir," kata Lukman.

"Kalau karya ulama Nusantara masih nutuh penelitian filologi dan sebagainya. Tapi kita on the way ke sana. Kita menuju ke sana," jelas dia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement