Jumat 16 Aug 2024 06:19 WIB

Sangkakala di Langit Andalusia Jadi Novel Islam Terbaik di IBF 2024

Semangat dari buku novel tersebut adalah semangat cahaya Islam.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Direktur PT Republika Media Mandiri Hasan Nur Murtiaji (kanan) bersama penulis buku Sangkakala di Langit Andalusia Hanum Salsabila Rais (dua kiri) dan Rangga Almahendra (kiri) berfoto usai menerima IBF awards saat pembukaan Islamic Book Fair (IBF) 2024 di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (14/8/2024). Pemeran buku Islam terbesar di Indonesia ini kembali hadir dengan mengakat tema Membangun Optimisme Umat Melalui Literasi Islami dan akan berlangsung 14-18 Agustus 2024.Pada event Islamic Book Fair (IBF) 2024 ini juga bakal menyajikan beragam koleksi buki Islam terbaik, diskon spesial untuk setiap pembelian buku, dan bisa bertemu langsung dengan penulis terkenal serta mendapatkan tandatangannya.
Foto: Republika/Prayogi
Direktur PT Republika Media Mandiri Hasan Nur Murtiaji (kanan) bersama penulis buku Sangkakala di Langit Andalusia Hanum Salsabila Rais (dua kiri) dan Rangga Almahendra (kiri) berfoto usai menerima IBF awards saat pembukaan Islamic Book Fair (IBF) 2024 di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (14/8/2024). Pemeran buku Islam terbesar di Indonesia ini kembali hadir dengan mengakat tema Membangun Optimisme Umat Melalui Literasi Islami dan akan berlangsung 14-18 Agustus 2024.Pada event Islamic Book Fair (IBF) 2024 ini juga bakal menyajikan beragam koleksi buki Islam terbaik, diskon spesial untuk setiap pembelian buku, dan bisa bertemu langsung dengan penulis terkenal serta mendapatkan tandatangannya.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sangkakala di Langit Andalusia sebuah novel karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra mendapat nominasi sebagai novel Islam terbaik di Islamic Book Fair (IBF) Award 2024.

Hanum berterimakasih kepada seluruh pembaca dan pecinta buku sehingga Sangkakala di Langit Andalusia diberi anugerah sebagai buku novel terbaik tahun 2024 dari IBF Award.

Baca Juga

Menurutnya, semangat dari buku novel tersebut adalah semangat cahaya Islam yang ingin dihidupkan lagi di dalam berbagai bidang di masyarakat masa kini. Di dalam novel tersebut dikisahkan seorang hafiz terakhir di Andalusia.

"Kita juga mengangkat kisah tentang hafiz terakhir yang ada di Andalusia karena kita tahu Andalusia itu 800 tahun lebih sebagai salah satu puncak peradaban Islam namun luluh lantah begitu saja tanpa bekas," kata Hanum kepada Republika.co.id di IBF 2024 yang digelar di JCC, Rabu (14/8/2024).  

Hanum menyampaikan bahwa dalam novel Sangkakala di Langit Andalusia dikisahkan hafiz terakhir yang berusaha untuk mengungkap rahasia-rahasia Islam. Namun konteks kisahnya didialogkan dengan konteks kekinian dan dengan Indonesia masa kini. 

"Jadi ini mungkin salah satu pesan (dari buku tersebut), kalau dari satu kata premis intinya mengajak mengenal masa lalu untuk membawa ke masa depan," ujar Hanum.

Selain Sangkakala di Langit Andalusia, buku I Am Sarahza karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra juga akan diangkat ke layar lebar menjadi sebuah film. Buku I Am Sarahza diangkat dari kisah nyata perjuangan pasangan suami istri yang menginginkan kehadiran buah hati, namun diceritakan dari sudut pandang ruh yang belum terlahir ke dunia. 

Rangga mengatakan, buku I Am Sarahza adalah buku paling emosional yang ditulis. Bahkan ketika membaca buku tersebut lagi, tidak tahan dan menangis. 

"Ketika menulis menjadi script (film) pun merasakan hal yang sama tapi memang ketika kami menulis script itu, kami memutuskan bahwa ini bukan lagi menceritakan tentang Hanum dan Rangga tapi tentang pasangan-pasangan yang sedang berjuang tapi diceritakan dari perspektif ruh yang ada di alam rahim itu," kata Rangga di Islamic Book Fair (IBF) 2024 yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC) pada Rabu (14/8/2024).

Rangga mengungkapkan, ingin siapapun yang menonton film I Am Sarahza itu jadi ingin memeluk ibunya. Ingin memeluk anaknya dan yang lebih penting ingin menghargai kehidupan. 

Menurutnya, saat ini merasakan genre-genre film di Indonesia didominasi oleh film horor. Banyak juga yang mengaitkan dengan horor religi. Untuk itu, Hanum dan Rangga mencoba membuat antitesis dengan berbeda. 

"Kebanyakan film horor menceritakan tentang kehidupan setelah kematian, tapi kami menariknya itu dari cerita kehidupan sebelum kehidupan, jadi bukan film horor yang gelap, darah dan ruh yang gentayangan, tapi ini yang sangat hangat, membuat siapapun jadi lebih menghargai kehidupan itu yang sebetulnya sedang kami buat dalam skrip ini," ujar Rangga.

Rangga berharap pesan dalam buku dan film I Am Sarahza bisa tersampaikan kepada penonton. Jadi lebih menghargai kehidupan yang diberikan kepada semua.

Hanum menambahkan, Insya Allah nanti tahun 2025 atau akhir tahun paling cepat filmnya tayang. Mudah-mudahan nantinya siapapun yang membaca bukunya dan menonton filmnya, dapat lebih menghargai tentang apa yang sudah diamanahkan Allah, yakni anak-anak.

"Bagi mereka yang gampang diberi itu (anak) juga lebih memahami bahwa di luar sana banyak sekali jutaan orang yang datang ke dokter untuk mendapatkan hadiah (anak dari Allah) sampai mengorbankan segala-galanya," ujar Hanum.

Hanum mengungkapkan bahwa dirinya sudah tujuh kali mencoba memperjuangkan untuk mendapat buah hati lewat bayi tabung. Kemudian setelah itu baru diberi rezeki oleh Allah SWT. 

Diharapkan lewat buku dan film I Am Sarahza, dikatakan Hanum, mereka yang tidak dalam keadaan sempurna untuk mendapatkan keturunan pun juga akan terus merasa bahwa dia tidak sendiri. Banyak sekali orang di sana yang juga berjuang, berupaya dan berikhtiar untuk mendapatkan buah hati.

"Dan itu tadi saya pikir doa dan ikhtiar apapun kita yakin bahwa Allah tidak akan tidak mengabulkan doa hamba-hamba-Nya yang tulus selalu berdoa dan selalu berusaha," ujar Hanum.

Ia menambahkan, kisah dalam buku I Am Sarahza juga didasarkan pada sebuah buku karya Ibnu Al-Jauziyyah tentang ruh. Sesungguhnya di Lauhulmahfudz ada ruh yang antri untuk dikirim ke dunia fana ini. 

"Kalau ada peribahasa di mana ada kehidupan ada harapan, kita balik di mana ada harapan orang tua yang berharap yang terus berikhtiar dan berdoa kalau dia sungguh-sungguh, di Lauhulmahfudz sana ada ruh yang terus hidup," ujar Hanum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement