REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Amnesty International dalam sebuah laporan yang dirilis pada Rabu (27/7/2022) menyatakan kehidupan perempuan dan anak perempuan Afghanistan sedang dihancurkan oleh tindakan keras yang menyesakkan oleh Taliban sejak mereka mengambil alih kekuasaan hampir setahun yang lalu.
Setelah mereka merebut ibu kota Kabul pada Agustus 2021 dan menggulingkan pemerintah yang didukung internasional, Taliban menampilkan diri mereka sebagai moderat sejak pertama kali berkuasa pada 1990-an. Awalnya, para pejabat Taliban berbicara tentang mengizinkan perempuan untuk terus bekerja dan anak perempuan untuk melanjutkan pendidikan mereka.
Sebaliknya, mereka membentuk pemerintahan yang seluruhnya laki-laki yang diisi dengan veteran dari aturan garis keras mereka yang melarang anak perempuan bersekolah dari kelas tujuh, mengenakan pakaian yang menutupi semua mata yang hanya membuat mata terlihat dan membatasi akses perempuan untuk bekerja.
Dilansir Daily Sabah, Rabu (27/7/2022) Amnesty mengatakan Taliban juga telah menghancurkan perlindungan bagi mereka yang menghadapi kekerasan dalam rumah tangga, menahan perempuan dan anak perempuan karena pelanggaran kecil dan berkontribusi pada lonjakan pernikahan anak. Laporan itu juga mendokumentasikan penyiksaan dan pelecehan terhadap perempuan yang ditangkap oleh Taliban karena memprotes pembatasan.
Peneliti kelompok tersebut mengunjungi Afghanistan pada Maret sebagai bagian dari penyelidikan sembilan bulan yang dilakukan dari September 2021 hingga Juni 2022. Mereka mewawancarai 90 wanita dan 11 anak perempuan di seluruh Afghanistan berusia antara 14 dan 74 tahun.
Di antara mereka adalah wanita yang ditahan karena memprotes yang menggambarkan penyiksaan di tangan penjaga Taliban, termasuk pemukulan dan ancaman pembunuhan. Seorang wanita mengatakan kepada Amnesty bahwa penjaga memukulinya dan wanita lain di dada dan di antara kedua kaki. Dia berkata salah satu mengatakan kepadanya, "Aku bisa membunuhmu sekarang, dan tidak ada yang akan mengatakan apa-apa."
Seorang mahasiswa yang ditahan mengatakan dia disetrum di bahu, wajah, leher dan di tempat lain, sementara Taliban meneriakinya dengan hinaan. Seseorang menodongkan pistol ke arahnya dan berkata, "Aku akan membunuhmu, dan tidak ada yang bisa menemukan tubuhmu."