REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ulama dan cendikiawan asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi (1878-1960) menjelaskan tentang kebangkitan di akhirat. Ulama yang dijuluki "Keajaiban Zaman" ini mencontohkan kebangkitan di akhirat seperti halnya kebangkitan musim semi.
Said Nursi menuturkan, hanya dalam beberapa hari pada kebangkitan musim semi, Allah SWT membangkitkan lebih dari tiga ratus ribu spesies tumbuhan dan hewan baik yang kecil maupun yang besar. Allah SWT juga menghidupkan akar pohon dan rumput serta mengembalikan sejumlah hewan sebagaimana adanya di samping mengembalikan semisal yang lainnya.
Meskipun sejumlah perbedaan fisik antara benih yang tak terhingga jumlahnya sangat tipis, namun semua dibangkitkan dan dihidupkan dengan kondisi berbeda dalam waktu yang sangat cepat pada masa enam hari atau enam pekan dengan sangat mudah dan banyak dalam bentuk yang sangat teratur dan cermat meskipun bercampur dan berbaur.
"Jika demikian, mungkinkah Dzat yang melakukan perbuatan di atas mengalami kesulitan atau tidak mampu menciptakan langit dan bumi dalam enam hari? Mungkinkah Dia tidak mampu membangkitkan manusia hanya dengan sekali tiupan? Mahasuci Allah dari apa yang mereka katakan," kata Nursi dikutip dari bukunya yang berjudul "Risalah Kebangkitan" halaman 68-69 terbitan Risalah Nur.
Nursi mengatakan, andaikan ada seorang penulis luar biasa yang menulis tiga ratus ribu buku yang hurufnya telah dihapus dalam satu lembaran tanpa bercampur, terlupa, atau ada yang kurang, dalam kondisi sangat indah di mana semuanya ditulis hanya dalam satu jam, kemudian ada yang berkata, “Lewat ingatannya, penulis ini akan menulis dalam satu menit bukumu yang jatuh ke dalam air di mana dia merupakan karyanya,” mungkinkah engkau membantah dengan menjawab, “Tidak akan bisa. Aku tidak percaya”?
Atau, andaikan ada seorang penguasa yang memiliki sejumlah keluarbiasaan di mana ia mampu mengangkat dan menghancurkan gunung serta mampu mengubah seluruh kota dan menjadikan daratan sebagai lautan hanya dengan satu isyarat guna memperlihatkan kekuasaannya sekaligus sebagai bukti bagi manusia.
Lalu ketika engkau menyaksikan semua perbuatannya itu, tiba-tiba ada sebuah batu besar yang jatuh ke lembah dan menutup jalan para tamunya. “Sang penguasa pasti akan menyingkirkan batu ini dari jalan serta akan menghancurkannya sebesar apa pun adanya, sebab ia tidak akan membiarkan tamunya berada di jalan,” ujar seseorang. Maka akan menjadi sangat bodoh dan dungu jika engkau menjawab, “Mana mungkin ia bisa melakukannya.”